Dalam dunia pendidikan Islami, kita mengenal sebuah prinsip agung yang sering kali terlupakan dalam pengasuhan modern, yaitu “adab berada di atas ilmu.” Prinsip ini bukan sekadar slogan, melainkan landasan penting dalam membentuk pribadi anak yang berilmu dan berakhlak mulia. Dalam Islam, ilmu tanpa adab bisa menjadi sumber kerusakan, sementara adab yang baik dapat membuka pintu ilmu yang bermanfaat.
Mengapa Adab Lebih Utama?
Para ulama salaf terdahulu sangat menekankan pentingnya adab. Imam Malik pernah berkata kepada Imam Syafi’i muda, “Pelajarilah adab sebelum engkau mempelajari ilmu.” Ini menunjukkan bahwa adab adalah pondasi utama dalam menuntut ilmu.
Orang tua Muslim seharusnya mengajarkan anak bahwa “adab berada di atas ilmu,” karena ilmu tanpa adab bisa menjadi bumerang—merugikan diri sendiri dan orang lain. Adab mencakup seluruh aspek perilaku: mulai dari cara berbicara, bersikap terhadap guru dan orang tua, hingga cara mencari ilmu serta mengamalkannya. Tanpa adab, ilmu bisa menjadikan seseorang sombong, merasa paling benar, bahkan merendahkan orang lain.
Cara Menanamkan Prinsip Adab pada Anak
Agar anak tumbuh menjadi pribadi yang menjunjung tinggi akhlak dan ilmu, orang tua harus aktif menanamkan nilai-nilai adab sejak dini. Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan:
1. Memberi Teladan dalam Kehidupan Sehari-hari
Anak belajar dari apa yang mereka lihat. Jika orang tua memperlakukan orang lain dengan hormat, berbicara sopan, dan menjaga sikap di hadapan guru atau orang berilmu, anak akan menirunya. Teladan nyata adalah pelajaran paling efektif bahwa adab berada di atas ilmu.
2. Membiasakan Ucapan dan Sikap Sopan
Ajarkan anak untuk mengucapkan salam, meminta izin, mengucapkan terima kasih, dan meminta maaf. Meskipun tampak sederhana, inilah dasar-dasar adab dalam Islam.
3. Menghormati Guru dan Orang Berilmu
Ajarkan anak untuk tidak memotong pembicaraan guru, duduk sopan saat belajar, dan tidak bersikap arogan meski merasa tahu. Hormat pada guru adalah bagian penting dari adab dalam menuntut ilmu.
4. Mendidik Anak Agar Tidak Merasa Paling Benar
Anak perlu diajarkan untuk terbuka terhadap pendapat orang lain, mau mendengarkan, dan tidak cepat menghakimi. Ini adalah bentuk kedewasaan yang tumbuh dari adab yang baik.
5. Menyisipkan Nilai-Nilai Adab dalam Cerita
Gunakan kisah teladan dari para sahabat, tabi’in, dan ulama untuk menunjukkan bagaimana akhlak mulia lebih diutamakan daripada kecerdasan semata.
Adab dan Ilmu: Kombinasi yang Tak Terpisahkan
Dalam Islam, ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang diamalkan dan membawa maslahat. Maka dari itu, “adab berada di atas ilmu” bukan berarti menomorduakan ilmu, melainkan menempatkan ilmu pada tempat yang mulia—sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah dan memperbaiki akhlak.
Contohnya, seorang anak yang hafal banyak ayat Al-Qur’an tetapi kasar dalam berbicara, atau pintar dalam pelajaran namun tidak menghormati orang tua, menunjukkan bahwa ilmu tersebut belum benar-benar meresap dalam hatinya.
Tantangan Zaman dan Pentingnya Adab
Di era digital ini, anak-anak dapat dengan mudah mengakses informasi dari internet, namun sering kali minim kontrol dan bimbingan dalam hal adab. Banyak anak yang cerdas secara akademis, tetapi kehilangan sopan santun dan tidak tahu cara bersikap kepada orang tua, guru, atau teman.
Karena itu, penting bagi orang tua dan pendidik untuk lebih fokus pada pembinaan karakter. Tujuan pendidikan bukan hanya mencetak anak yang cerdas, tetapi juga anak yang beradab. Adab berada di atas ilmu menjadi pagar yang menjaga agar ilmu tidak disalahgunakan.
Menumbuhkan Kesadaran Spiritual
Ajarkan anak bahwa ilmu adalah amanah, dan adab adalah cahaya yang menuntunnya. Ajak mereka merenungi bahwa setiap ilmu akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah. Ini akan menumbuhkan kesadaran bahwa belajar bukan hanya untuk nilai tinggi, tetapi untuk membentuk kepribadian yang diridai Allah.