Kekhawatiran Orang Tua yang Tidak Pernah Usai
Menjadi orang tua adalah proses belajar yang tak pernah berhenti. Salah satu momen paling penuh tekanan bagi orang tua adalah saat anak memasuki usia remaja hingga dewasa muda—fase ketika pilihan karir mulai menjadi pembicaraan serius. Tak jarang, muncul overthinking dengan karir anak: Apakah pilihan mereka tepat? Apakah akan sukses? Apakah cukup mapan di masa depan?
Kekhawatiran semacam itu wajar. Namun, jika berlebihan, overthinking ini justru bisa menghambat komunikasi sehat antara orang tua dan anak. Artikel ini akan membahas bagaimana orang tua bisa lebih bijak dan tenang dalam mendampingi anak memilih dan menapaki jalan karir mereka.
Kenapa Overthinking dengan Karir Anak Sering Terjadi?
1. Khawatir Masa Depan Anak Tidak Terjamin
Orang tua tentu ingin anaknya sukses, mandiri, dan tidak kekurangan. Ketika pilihan karir anak tidak sesuai dengan ekspektasi, misalnya memilih jalur seni atau wirausaha, banyak orang tua merasa cemas karena bidang tersebut dianggap “tidak pasti.”
2. Perbandingan Sosial dan Tekanan Lingkungan
Orang tua cenderung membandingkan anaknya dengan anak orang lain yang mungkin lebih cepat sukses atau memiliki pekerjaan mapan. Tekanan sosial dari keluarga besar atau lingkungan sekitar bisa menambah beban pikiran.
3. Kurangnya Informasi tentang Dunia Karir Masa Kini
Banyak orang tua yang kurang memahami perkembangan karir masa kini. Dunia kerja saat ini sangat berbeda dari zaman dulu. Profesi seperti content creator, UI/UX designer, atau data analyst mungkin terdengar asing dan tidak meyakinkan bagi sebagian orang tua.
Cara Bijak Mengatasi Overthinking dengan Karir Anak
1. Bangun Komunikasi Dua Arah
Dengarkan, Bukan Menghakimi
Mulailah dengan mendengarkan keinginan dan impian anak tanpa menghakimi. Tanyakan apa yang membuat mereka tertarik pada karir tersebut. Proses ini membantu anak merasa dihargai dan terbuka berbicara.
Sampaikan Kekhawatiran dengan Cara yang Positif
Daripada berkata, “Profesi itu tidak punya masa depan!”, cobalah ungkapkan, “Ibu ingin kamu punya masa depan yang stabil. Ceritakan lebih banyak tentang pilihanmu, supaya ibu bisa mengerti.”
2. Perluas Wawasan tentang Dunia Kerja Modern
Lakukan Riset Bersama
Carilah informasi tentang tren dunia kerja bersama anak. Tonton video, baca artikel, atau ikut webinar. Orang tua yang terbuka belajar akan lebih mudah memahami logika di balik pilihan anak.
Ajak Anak Membuat Rencana Karir
Tidak masalah jika anak ingin menjadi content creator. Yang penting, ada rencana jangka pendek dan jangka panjang yang realistis. Bantu mereka menyusun langkah-langkah, misalnya membangun portofolio atau mencari mentor di bidangnya.
3. Fokus pada Nilai dan Karakter, Bukan Hanya Jabatan
Pendidikan Karakter Lebih Penting dari Profesi
Ajarkan anak untuk bertanggung jawab, jujur, tekun, dan bisa bekerja sama. Karakter ini akan berguna di bidang apapun yang mereka tekuni.
Rezeki Tidak Hanya Datang dari Profesi “Mapan”
Banyak contoh anak muda sukses dari profesi non-tradisional. Kuncinya adalah konsistensi, kerja keras, dan dukungan keluarga.
4. Kendalikan Ekspektasi, Bukan Anak
Bedakan Antara Harapan dan Tekanan
Setiap orang tua tentu punya harapan. Tapi, jika harapan itu berubah menjadi tekanan, anak bisa merasa kehilangan arah. Fokuslah pada potensi anak, bukan pada impian masa lalu orang tua yang belum tercapai.
Biarkan Anak Menentukan Jalannya
Anak bukan salinan dari orang tua. Mereka berhak memilih jalannya sendiri. Tugas orang tua adalah memberi arahan, bukan memaksa.
Kesimpulan: Dampingi Anak dengan Empati dan Terbuka pada Perubahan
Overthinking dengan karir anak memang sulit dihindari, apalagi di tengah zaman yang terus berubah. Namun, alih-alih larut dalam kekhawatiran, orang tua bisa memilih untuk menjadi teman berpikir dan pendamping perjalanan anak.
Anak yang merasa didukung akan lebih percaya diri menghadapi tantangan di dunia kerja. Dan orang tua yang bisa mengelola overthinking-nya akan membangun hubungan yang lebih sehat dan harmonis dengan anaknya.