Dua Sisi Mata Uang dalam Parenting
Menjadi orang tua bukan hal mudah. Kadang kita ingin anak nurut tanpa harus marah-marah, tapi di sisi lain kita juga ingin mereka tumbuh jadi pribadi yang tahu batasan. Nah, di sinilah peran apresiasi dan sanksi dalam parenting jadi penting. Dua hal ini ibarat dua sisi mata uang yang nggak bisa dipisahkan: satu memberi semangat, satu lagi memberi arah.
Terlalu banyak sanksi, anak bisa tumbuh dengan rasa takut. Tapi kalau cuma dikasih apresiasi terus, bisa-bisa anak jadi nggak tahu mana yang boleh dan mana yang nggak. Kunci suksesnya? Keseimbangan.
Apa Itu Apresiasi dan Sanksi dalam Parenting?
Apresiasi: Bukan Cuma Pujian, Tapi Validasi
Apresiasi dalam parenting bukan hanya soal bilang “good job!” atau “anak pintar.” Lebih dari itu, apresiasi adalah bentuk validasi bahwa usaha anak diakui dan dihargai. Apresiasi bisa berupa:
-
Kata-kata positif
-
Pelukan atau tepuk tangan
-
Waktu khusus bareng orang tua
-
Reward kecil (bukan uang ya!)
Contoh: Saat anak membantu merapikan mainan, orang tua bisa bilang, “Wah, hebat banget kamu bisa bertanggung jawab sama mainanmu sendiri.”
Sanksi: Bukan Hukuman Fisik, Tapi Konsekuensi
Sanksi dalam parenting bukan berarti harus marah-marah atau menghukum secara fisik. Sanksi lebih kepada konsekuensi dari tindakan yang dilakukan anak. Tujuannya adalah memberi pengertian bahwa setiap tindakan ada akibatnya.
Contoh: Kalau anak lupa membereskan meja setelah makan, maka besok dia harus bantu bersih-bersih dua kali.
Kenapa Harus Seimbang?
Banyak orang tua yang berat sebelah: terlalu memuji, atau justru terlalu menghukum. Padahal, anak butuh dua-duanya untuk bisa berkembang secara emosional dan sosial.
Apresiasi membuat anak merasa dihargai, percaya diri, dan ingin terus melakukan hal baik.
Sanksi mengajarkan anak tanggung jawab, disiplin, dan menghargai aturan.
Jika hanya diberikan apresiasi tanpa konsekuensi saat berbuat salah, anak bisa tumbuh tanpa batasan. Sebaliknya, jika hanya diberi sanksi tanpa penghargaan, anak bisa merasa tidak cukup baik dan kehilangan semangat.
Tips Menerapkan Apresiasi Secara Efektif
-
Spesifik, Jangan Umum
Alih-alih bilang “kamu pintar”, lebih baik bilang “Ibu suka kamu rajin mengerjakan PR tanpa disuruh.”
-
Jangan Berlebihan
Pujian yang terlalu sering dan tidak tulus bisa terasa hambar. Apresiasi sewajarnya tapi konsisten.
-
Gunakan Bahasa Tubuh
Senyuman, pelukan, atau anggukan bisa lebih bermakna dari kata-kata.
-
Berikan Waktu Khusus
Anak merasa dihargai ketika dia mendapatkan perhatian penuh, meski hanya 10 menit sehari.
Tips Memberi Sanksi yang Mendidik
-
Konsisten, Jangan Plin-Plan
Jika suatu perilaku salah dikenai konsekuensi hari ini, maka besok pun harus sama. Konsistensi penting banget.
-
Beri Penjelasan
Jangan cuma bilang “karena Mama bilang begitu.” Jelaskan alasan kenapa hal itu salah dan apa akibatnya.
-
Sesuai Umur dan Konteks
Anak 3 tahun dan 10 tahun jelas beda cara pendekatannya. Sesuaikan sanksi dengan usia dan pemahaman anak.
-
Tanpa Emosi Berlebih
Jangan berikan sanksi saat sedang emosi. Tunggu tenang, baru diskusi. Anak akan lebih menerima saat orang tua tenang.
Contoh Situasi Apresiasi dan Sanksi Seimbang
Situasi 1: Anak menyelesaikan tugas sekolah tepat waktu.
✅ Apresiasi: “Wah, kamu hebat banget bisa disiplin. Pasti nanti kamu jadi anak sukses!”
⛔️ Tidak perlu langsung kasih hadiah barang, cukup validasi emosinya.
Situasi 2: Anak memukul temannya saat bermain.
❌ Langsung marah dan mengurungnya di kamar.
✅ Sanksi tepat: Ajak bicara, minta dia minta maaf, dan batasi waktu bermain sejenak.
Lalu, beri penguatan positif setelah dia minta maaf: “Ibu bangga kamu mau minta maaf, itu namanya bertanggung jawab.”
Peran Orang Tua: Role Model Sekaligus Penyeimbang
Anak belajar paling kuat dari apa yang mereka lihat. Kalau orang tua hanya tahu memarahi saat anak salah, tapi nggak pernah memberi pujian saat anak berbuat baik, maka anak akan lebih fokus pada “bagaimana menghindari kesalahan” daripada “bagaimana menjadi lebih baik.”
Jadilah orang tua yang adil — bukan berarti sama rata, tapi memberikan apa yang dibutuhkan anak di waktu yang tepat.
Kesimpulan: Ciptakan Lingkungan Belajar yang Aman dan Tegas
Parenting itu bukan soal keras atau lembut, tapi soal keseimbangan. Apresiasi dan sanksi adalah alat yang bisa saling melengkapi. Bukan untuk mengontrol, tapi untuk membentuk. Bukan untuk membuat anak takut, tapi agar mereka merasa dicintai dan dipandu.
Anak bukan hanya butuh kasih sayang, tapi juga pedoman. Dan orang tua adalah guru pertama yang mereka miliki. Jadi, yuk mulai ciptakan lingkungan yang sehat — tempat di mana anak tahu mereka dihargai saat benar, dan dibimbing saat keliru.