Aqiqah Nurul Hayat

Membangun Anak yang Berani, Berilmu, dan Berakhlak

Membangun Anak yang Berani, Berilmu, dan Berakhlak

Setiap orang tua tentu menginginkan anaknya tumbuh menjadi pribadi yang kuat, cerdas, dan memiliki akhlak yang baik. Dalam Islam, mendidik anak bukan sekadar memberikan pendidikan duniawi, tetapi juga menanamkan nilai-nilai keberanian, ilmu pengetahuan, dan akhlak mulia.

Dengan membentuk anak yang berani, berilmu, dan berakhlak, kita tengah menyiapkan generasi yang siap menghadapi tantangan dunia, namun tetap berpegang teguh pada nilai-nilai Islam.


1. Membangun Keberanian dalam Diri Anak

Keberanian adalah sifat penting agar anak tidak mudah menyerah dalam menghadapi tantangan hidup. Rasulullah ﷺ adalah teladan utama dalam menunjukkan keberanian—baik saat menghadapi musuh, maupun dalam menyampaikan kebenaran.

Cara Menanamkan Keberanian pada Anak:

  • Ajarkan untuk berbicara jujur dan tegas. Rasulullah ﷺ selalu berkata benar dan tak pernah ragu menyuarakan keadilan.

  • Bangun kepercayaan diri. Berikan anak kesempatan mencoba hal baru dan terlibat dalam kegiatan positif.

  • Tegaskan pentingnya membela kebenaran. Anak perlu tahu bahwa keberpihakan pada kebenaran adalah bagian dari keberanian sejati.

  • Tanamkan nilai tawakal kepada Allah. Ajari mereka untuk berserah diri kepada Allah, agar lebih tenang dan yakin dalam menghadapi rasa takut.


2. Menanamkan Kecintaan terhadap Ilmu

Islam sangat menganjurkan umatnya untuk menuntut ilmu. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim.”
(HR. Ibnu Majah)

Anak yang mencintai ilmu akan mampu membedakan antara yang benar dan salah, serta memberi kontribusi positif bagi masyarakat.

Cara Mengajarkan Anak agar Cinta Ilmu:

  • Kenalkan kisah ulama dan ilmuwan Muslim. Seperti Imam Syafi’i yang gigih belajar sejak kecil.

  • Biasakan membaca. Sediakan buku yang bermanfaat dan diskusikan isinya bersama.

  • Libatkan ilmu dalam keseharian. Dorong anak untuk bertanya dan berpikir kritis.

  • Berikan teladan. Orang tua yang gemar belajar menjadi inspirasi terbaik bagi anak.


3. Membentuk Akhlak yang Mulia

Ilmu tanpa akhlak bagaikan pedang tanpa gagang—berbahaya dan tak bermanfaat. Rasulullah ﷺ adalah manusia yang paling berilmu sekaligus paling berakhlak. Mendidik anak agar berakhlak mulia adalah pilar penting dalam parenting Islami.

Cara Menanamkan Akhlak Mulia:

  • Ajarkan kejujuran sejak dini. Anak perlu tahu bahwa berkata jujur lebih mulia daripada berbohong untuk menghindari hukuman.

  • Tumbuhkan rasa hormat. Rasulullah ﷺ selalu menghormati orang tua, guru, dan sesama.

  • Didik untuk sabar dan rendah hati. Jelaskan bahwa kesabaran dan kerendahan hati adalah bagian dari akhlak mulia.

  • Tanamkan empati. Ajak anak berbagi dan peduli pada sesama, meneladani sifat kasih sayang Nabi ﷺ.


4. Menciptakan Lingkungan yang Mendukung

Lingkungan, baik keluarga maupun sosial, sangat memengaruhi tumbuh kembang karakter anak. Karena itu, orang tua perlu menciptakan atmosfer yang positif dan mendukung nilai-nilai Islam.

Cara Menciptakan Lingkungan yang Baik:

  • Jadilah teladan. Anak cenderung meniru apa yang mereka lihat dari orang tuanya.

  • Pilihkan pergaulan yang baik. Pastikan anak berada di lingkungan yang mendukung pembentukan karakter islami.

  • Berikan pendidikan berbasis nilai Islam. Sekolah dan tempat belajar harus selaras dengan prinsip-prinsip syariat.

  • Bangun komunikasi yang terbuka. Diskusi yang sehat akan meningkatkan kepercayaan diri dan kedekatan emosional anak dengan orang tua.

5 Cara Membentuk Anak yang Beriman dan Berakhlak

5 Cara Membentuk Anak yang Beriman dan Berakhlak

Membentuk anak yang beriman dan berakhlak merupakan tanggung jawab utama orang tua dalam Islam. Anak-anak adalah amanah dari Allah SWT, dan membimbing mereka agar tumbuh dengan nilai-nilai keimanan serta akhlak mulia adalah tugas yang tidak boleh dianggap remeh.

Di era modern yang penuh tantangan, membekali anak dengan iman yang kokoh dan akhlak yang baik menjadi lebih penting dari sebelumnya. Berikut ini adalah lima cara membentuk anak yang beriman dan berakhlak, sesuai ajaran Islam:


1. Menanamkan Tauhid Sejak Dini

Pondasi utama dalam membentuk anak yang beriman dan berakhlak adalah menanamkan tauhid atau keyakinan akan keesaan Allah SWT. Anak perlu memahami sejak kecil bahwa Allah adalah pencipta dan pemilik segala sesuatu di dunia ini.

Cara menanamkan tauhid:

  • Mengajarkan kalimat tauhid seperti “La ilaha illallah.”

  • Menceritakan kisah-kisah Nabi yang menekankan keimanan kepada Allah.

  • Mengajak anak berdoa dan menggantungkan harapan hanya kepada Allah.

  • Memberi contoh dengan menyebut nama Allah dalam setiap aktivitas sehari-hari.


2. Memberikan Pendidikan Agama yang Kokoh

Pendidikan agama adalah fondasi utama dalam membentuk karakter anak. Pendidikan ini tidak hanya dari sekolah, tetapi juga berasal dari lingkungan keluarga.

Langkah-langkah yang dapat dilakukan:

  • Mengajarkan Al-Qur’an serta membiasakan anak untuk membaca dan memahami isinya.

  • Membimbing anak menjalankan shalat sejak usia dini.

  • Memberikan pemahaman tentang halal dan haram dalam kehidupan sehari-hari.

  • Mengajarkan adab dalam beribadah dan bersosialisasi.

Dengan pendidikan agama yang kuat, anak akan memiliki pijakan yang kokoh untuk menjalani hidup sesuai tuntunan Islam.


3. Menjadi Teladan dalam Berakhlak Mulia

Anak-anak adalah peniru ulung. Mereka lebih banyak belajar dari apa yang mereka lihat daripada yang mereka dengar. Karena itu, orang tua harus menjadi contoh nyata dalam berakhlak mulia.

Cara menjadi teladan yang baik:

  • Berbicara lembut dan sopan kepada anak.

  • Menunjukkan kasih sayang dan sikap sabar dalam menghadapi perbedaan pendapat.

  • Menunjukkan kejujuran dan tanggung jawab melalui tindakan.

  • Menghindari pertengkaran dan ucapan kasar di depan anak.

Keteladanan dari orang tua akan memudahkan anak meniru dan menerapkan akhlak yang baik dalam kehidupan sehari-hari.


4. Membangun Kebiasaan Baik Sejak Kecil

Kebiasaan baik yang ditanamkan sejak dini akan membentuk karakter dan akhlak anak secara alami. Kebiasaan yang konsisten akan menjadi bagian dari kepribadian mereka.

Kebiasaan baik yang perlu dibiasakan:

  • Mengucapkan salam dan berbicara dengan kata-kata yang santun.

  • Membantu pekerjaan rumah sebagai bentuk tanggung jawab.

  • Bersedekah dan berbagi kepada yang membutuhkan.

  • Menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda.

Dengan membiasakan hal-hal baik, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang beriman dan berakhlak dalam setiap aspek kehidupan.


5. Menjaga Lingkungan dan Pergaulan Anak

Lingkungan dan pergaulan memiliki pengaruh besar dalam pembentukan karakter anak. Orang tua perlu selektif dalam memilihkan lingkungan yang mendukung tumbuh kembang keimanan dan akhlak anak.

Tips menjaga lingkungan anak:

  • Memilih sekolah dengan nilai-nilai keislaman yang kuat.

  • Mengawasi penggunaan gadget dan media sosial agar tidak terpapar hal negatif.

  • Mendorong anak berteman dengan anak-anak yang juga memiliki nilai Islami.

  • Melibatkan anak dalam kegiatan keagamaan di masjid atau komunitas Islami.

Lingkungan yang baik akan memperkuat nilai-nilai yang telah diajarkan di rumah.

Menyemai Iman Sejak dalam Ayunan

Menyemai Iman Sejak dalam Ayunan

Membentuk generasi Qurani adalah impian setiap orang tua Muslim. Anak-anak yang tumbuh dengan nilai-nilai Al-Qur’an akan menjadi pribadi yang berakhlak mulia, cerdas, dan bertakwa kepada Allah SWT. Dalam parenting Islami, peran orang tua sangat penting dalam menanamkan kecintaan terhadap Al-Qur’an sejak dini. Oleh karena itu, proses menyemai iman sejak dalam ayunan harus dilakukan dengan penuh kesabaran, keteladanan, dan strategi yang tepat.


Pentingnya Membentuk Generasi Qurani

Al-Qur’an adalah pedoman hidup umat Islam. Ia mengajarkan kebaikan, ketakwaan, dan kebijaksanaan dalam menghadapi kehidupan. Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberi petunjuk kepada (jalan) yang paling lurus dan memberikan kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.”
(QS. Al-Isra’: 9)

Anak-anak yang dibesarkan dengan nilai-nilai Qurani akan memiliki fondasi spiritual yang kuat. Mereka mampu menjalani hidup dengan penuh kesadaran terhadap perintah Allah. Maka dari itu, membentuk generasi Qurani bukan sekadar mengajarkan anak membaca Al-Qur’an, tetapi juga menanamkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dalam kehidupan sehari-hari.


Strategi Menyemai Iman Sejak Dini

1. Memperdengarkan Al-Qur’an Sejak dalam Kandungan

Cinta terhadap Al-Qur’an dapat ditanamkan bahkan sebelum anak lahir. Memperdengarkan bacaan Al-Qur’an kepada janin dalam kandungan memiliki manfaat spiritual dan ilmiah. Bayi yang terbiasa mendengar lantunan ayat suci akan lebih mudah mengenali dan mencintai Al-Qur’an setelah lahir.

Tips:

  • Putarkan murattal Al-Qur’an secara rutin selama masa kehamilan.

  • Biasakan membaca dengan tartil agar anak mengenal irama yang indah.

  • Perbanyak doa agar kelak anak menjadi pecinta Al-Qur’an.


2. Memberi Teladan Membaca Al-Qur’an

Anak-anak adalah peniru ulung. Mereka akan lebih mudah menyerap kebiasaan orang tua. Maka, membiasakan membaca Al-Qur’an di rumah akan menjadi contoh nyata yang kuat.

Tips:

  • Jadikan membaca Al-Qur’an sebagai rutinitas harian bersama anak.

  • Sisihkan waktu khusus untuk menghafal surat-surat pendek.

  • Gunakan metode menyenangkan seperti lagu atau permainan islami.


3. Mengajarkan dengan Cara yang Menarik

Agar anak tertarik belajar Al-Qur’an, metode pembelajaran harus sesuai dengan usia dan menyenangkan.

Tips:

  • Gunakan kartu huruf hijaiyah bergambar untuk pengenalan awal.

  • Manfaatkan aplikasi edukatif yang interaktif.

  • Ceritakan kisah-kisah dalam Al-Qur’an dengan gaya mendongeng.

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.”
(HR. Bukhari)


4. Menanamkan Nilai-Nilai Al-Qur’an

Generasi Qurani tidak hanya hafal dan lancar membaca, tapi juga menerapkan ajaran Al-Qur’an dalam kehidupan.

Tips:

  • Ajarkan kejujuran sesuai QS. Al-Ahzab: 70.

  • Biasakan anak berbuat baik seperti dalam QS. Al-Baqarah: 83.

  • Latih kesabaran melalui QS. Al-Baqarah: 153.

Dengan cara ini, anak tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter Islami kuat.


5. Mendorong Hafalan Sejak Kecil

Menghafal Al-Qur’an sejak dini memudahkan anak menyerap ayat-ayat suci.

Tips:

  • Mulai dari surat pendek seperti Al-Fatihah, An-Nas, Al-Falaq, dan Al-Ikhlas.

  • Gunakan metode pengulangan (repetition) secara konsisten.

  • Beri motivasi berupa pujian atau hadiah kecil.

Allah SWT berfirman:

“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk peringatan, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?”
(QS. Al-Qamar: 17)


6. Membangun Lingkungan yang Mendukung

Lingkungan yang Islami sangat berpengaruh terhadap perkembangan iman anak.

Tips:

  • Putar bacaan Al-Qur’an di rumah setiap hari.

  • Ajak anak ikut kegiatan di masjid atau TPA.

  • Pilih lingkungan bermain yang positif dan religius.

Keterbukaan dan Keharmonisan dalam Hubungan Orang Tua dan Anak

Keterbukaan dan Keharmonisan dalam Hubungan Orang Tua dan Anak

Dalam Islam, hubungan antara orang tua dan anak bukan hanya sebatas tanggung jawab mendidik, melainkan juga membangun keterbukaan dan keharmonisan. Keterbukaan akan menciptakan ikatan emosional yang kuat, sementara keharmonisan dalam keluarga memberikan rasa aman dan nyaman bagi anak dalam menjalani kehidupan.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah: ‘Wahai Tuhanku, sayangilah mereka sebagaimana mereka telah mendidik aku di waktu kecil.’”
(QS. Al-Isra’: 24)

Ayat ini menekankan pentingnya hubungan harmonis antara anak dan orang tua yang dilandasi kasih sayang dan penghormatan.


Pentingnya Keterbukaan dalam Hubungan Orang Tua dan Anak

Keterbukaan adalah fondasi utama dalam membangun komunikasi yang sehat antara orang tua dan anak. Anak yang merasa didengarkan dan dihargai akan lebih mudah terbuka dalam menyampaikan perasaan serta pikirannya. Berikut beberapa manfaat dari keterbukaan:

  1. Membantu Anak Menghadapi Tantangan Hidup
    Anak yang tumbuh dalam keluarga yang terbuka akan lebih percaya diri dalam menghadapi berbagai masalah.

  2. Mencegah Anak dari Pengaruh Buruk
    Anak cenderung mencari nasihat dari orang tua dibandingkan dari sumber yang tidak terpercaya jika merasa didukung secara emosional.

  3. Membangun Rasa Percaya terhadap Orang Tua
    Ketika orang tua terbuka dan tidak menghakimi, anak merasa aman untuk berbagi apa pun yang mereka alami.


Cara Membangun Keterbukaan dengan Anak

  1. Menjadi Pendengar yang Baik
    Dengarkan keluh kesah anak tanpa menghakimi. Tunjukkan perhatian dan tanggapi dengan empati.

  2. Menciptakan Waktu Berkualitas
    Luangkan waktu khusus seperti saat makan malam, sebelum tidur, atau saat bepergian untuk membangun kebiasaan saling berbagi cerita.

  3. Memberikan Ruang Anak untuk Berpendapat
    Biarkan anak menyampaikan pikirannya meski berbeda dengan pandangan Anda. Ajarkan untuk berbicara sopan dan saling menghargai.

  4. Menghindari Kritik yang Berlebihan
    Kritik yang tajam bisa membuat anak tertutup. Berikan masukan secara lembut dan membangun.

  5. Menanamkan Nilai Kejujuran
    Jadilah teladan yang jujur. Anak akan terbiasa terbuka jika sejak dini diajarkan pentingnya berkata jujur.


Membangun Keharmonisan dalam Hubungan Orang Tua dan Anak

Keharmonisan dalam keluarga menciptakan suasana yang kondusif bagi tumbuh kembang anak secara emosional dan spiritual. Beberapa cara membangun keharmonisan adalah:

  1. Menunjukkan Kasih Sayang Secara Konsisten
    Tunjukkan kasih sayang melalui ucapan, pelukan, atau perhatian sederhana saat anak berbicara.

  2. Menerapkan Adab dan Akhlak Islami
    Ajarkan sopan santun dan penghormatan terhadap orang lain sebagai bagian dari nilai-nilai kehidupan.

  3. Menghindari Sikap Otoriter
    Pendekatan demokratis dan penuh diskusi akan membuat anak merasa dihargai dan lebih terbuka.

  4. Menanamkan Nilai-Nilai Islam Sejak Dini
    Aktivitas seperti shalat berjamaah, membaca Al-Qur’an bersama, dan diskusi ringan seputar Islam akan mempererat ikatan spiritual dalam keluarga.

  5. Menghindari Pertengkaran di Depan Anak
    Pertengkaran yang disaksikan anak dapat menimbulkan trauma emosional. Selesaikan konflik dengan tenang dan bijaksana.


Manfaat Keterbukaan dan Keharmonisan dalam Keluarga

  1. Anak Merasa Aman dan Nyaman di Rumah
    Lingkungan harmonis membuat anak lebih bahagia dan percaya diri.

  2. Meningkatkan Kedekatan Emosional
    Hubungan yang terbuka memperkuat ikatan emosional antara orang tua dan anak.

  3. Mendorong Anak Menjadi Mandiri
    Anak lebih berani mengambil keputusan jika terbiasa berdiskusi dan terbuka dengan orang tua.

  4. Mengurangi Risiko Kenakalan Remaja
    Anak yang merasa dicintai tidak akan mencari perhatian negatif di luar rumah.

  5. Mempermudah Penanaman Nilai-Nilai Islam
    Keterbukaan membantu anak menerima ajaran agama dengan hati yang lapang dan penuh kesadaran.

Memberikan Motivasi Positif dan Apresiasi

Memberikan Motivasi Positif dan Apresiasi

Dalam mendidik anak, memberikan motivasi positif dan apresiasi merupakan kunci utama untuk membangun kepercayaan diri serta mendorong perkembangan karakter yang baik. Sebagai orang tua Muslim, kita diajarkan untuk mendidik anak dengan kasih sayang, dorongan yang baik, serta penghargaan atas usaha mereka. Dengan pendekatan ini, anak akan tumbuh dengan keyakinan yang kuat dan semangat untuk terus berbuat baik.

Pentingnya Motivasi Positif dan Apresiasi dalam Parenting Islami

Motivasi positif dan apresiasi sangat penting dalam membentuk kepribadian anak yang berakhlak mulia. Islam sendiri menekankan pentingnya memberikan penghargaan kepada siapa saja yang berbuat kebaikan. Rasulullah SAW sering kali memberikan apresiasi kepada para sahabat dan umatnya, baik dalam bentuk pujian maupun doa yang baik.

Allah SWT berfirman:

“Dan barang siapa mengerjakan kebaikan sebesar biji zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.”
(QS. Az-Zalzalah: 7)

Ayat ini menunjukkan bahwa setiap kebaikan, sekecil apa pun, tidak akan sia-sia. Prinsip ini dapat diterapkan dalam pola asuh anak: setiap usaha baik yang mereka lakukan layak mendapatkan penghargaan agar mereka semakin termotivasi untuk melakukan hal-hal positif.

Cara Memberikan Motivasi Positif kepada Anak

1. Menggunakan Kata-kata yang Membangun

Anak-anak sangat peka terhadap ucapan orang tua. Kalimat positif membentuk pola pikir yang optimis dan percaya diri, sementara ucapan negatif bisa melemahkan semangat mereka. Gunakan kalimat seperti:

  • “Ayah dan Ibu bangga padamu.”

  • “Usahamu luar biasa, teruslah berusaha!”

  • “Jangan takut gagal, kamu pasti bisa.”

2. Menceritakan Kisah Inspiratif dari Al-Qur’an dan Hadis

Islam memiliki banyak kisah teladan, seperti perjuangan dan kesabaran Nabi Muhammad SAW. Cerita seperti ini bisa membentuk karakter anak agar sabar, tekun, dan tidak mudah menyerah.

3. Memberikan Contoh Teladan

Anak-anak lebih mudah meniru tindakan daripada mendengarkan nasihat. Jadilah contoh dalam memberi motivasi dan penghargaan. Misalnya, tunjukkan semangat dalam bekerja, bersikap jujur, dan menghargai usaha orang lain.

4. Mengajarkan Anak untuk Berpikir Positif

Ajarkan anak untuk melihat sisi baik dari setiap kejadian. Saat mengalami kegagalan, bantu mereka melihatnya sebagai pelajaran, bukan kekalahan.

5. Membangun Komunikasi yang Baik

Anak perlu merasa dihargai dan didengarkan. Ciptakan komunikasi dua arah tanpa menghakimi. Dengan begitu, anak akan lebih terbuka dan termotivasi dalam menjalani hidup.

Cara Memberikan Apresiasi kepada Anak

1. Memberikan Pujian yang Tulus

Pujian yang tulus meningkatkan rasa percaya diri anak. Namun, hindari pujian berlebihan. Contoh pujian yang tepat:

  • “Ibu senang kamu berusaha keras menyelesaikan tugasmu.”

  • “Bagus sekali! Kamu sudah membaca Al-Qur’an dengan lebih lancar.”

2. Memberikan Hadiah Sebagai Bentuk Penghargaan

Hadiah bisa berupa hal sederhana, seperti makanan favorit, waktu bermain bersama, atau ucapan selamat. Tidak harus mahal.

3. Memberikan Tanggung Jawab Lebih

Memberikan tanggung jawab menandakan kepercayaan. Jika anak menunjukkan disiplin, beri peran seperti memimpin doa keluarga atau membantu merawat adik.

4. Menggunakan Sentuhan Fisik

Pelukan, tepukan bahu, atau genggaman tangan memberikan rasa aman dan apresiasi yang mendalam.

5. Memberikan Doa dan Dukungan

Doa adalah bentuk apresiasi terbaik. Doakan anak agar selalu dalam lindungan Allah, diberi kemudahan dan keberkahan dalam hidupnya.

Manfaat Motivasi Positif dan Apresiasi dalam Parenting Islami

  1. Membangun Kepercayaan Diri
    Anak yang mendapat motivasi akan tumbuh menjadi pribadi percaya diri dan tidak mudah putus asa.

  2. Meningkatkan Kedekatan Orang Tua dan Anak
    Anak yang merasa dihargai akan lebih dekat dan nyaman dengan orang tuanya.

  3. Menanamkan Akhlak yang Baik
    Apresiasi membuat anak lebih termotivasi melakukan kebaikan dan menjauhi perilaku negatif.

  4. Membantu Anak Menghadapi Tantangan Hidup
    Motivasi positif membentuk mental tangguh saat menghadapi kesulitan.

  5. Menjadikan Anak Lebih Bersyukur
    Anak yang terbiasa diapresiasi akan lebih mudah bersyukur atas nikmat Allah SWT.

Pondasi Akidah dan Akhlak pada Anak

Pondasi Akidah dan Akhlak pada Anak

Menanamkan pondasi akidah dan akhlak pada anak merupakan tugas utama setiap orang tua Muslim. Dalam Islam, pendidikan anak tidak hanya berfokus pada ilmu duniawi, tetapi juga pada pembentukan kepribadian sesuai dengan nilai-nilai Islam. Dengan akidah yang kokoh dan akhlak yang mulia, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang beriman, bertanggung jawab, dan bermanfaat bagi sesama.

Pentingnya Menanamkan Akidah dan Akhlak Sejak Dini

Dalam Islam, akidah adalah fondasi utama dalam membentuk keyakinan seseorang terhadap Allah SWT dan ajaran-Nya. Sementara akhlak merupakan cerminan dari akidah yang benar, yang tampak dalam perilaku, sikap, dan tutur kata sehari-hari.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka…” (QS. At-Tahrim: 6)

Ayat ini menjadi pengingat bahwa tanggung jawab orang tua adalah menjaga anak-anak agar tetap berada di jalan kebenaran dan tidak terjerumus dalam kesesatan.


Cara Menanamkan Akidah yang Kuat pada Anak

1. Mengenalkan Tauhid Sejak Dini

Ajarkan anak bahwa hanya Allah SWT yang patut disembah dan dijadikan sandaran dalam hidup. Mulailah dengan mengenalkan kalimat tauhid La ilaha illallah dan menjelaskan maknanya dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami anak.

2. Mengajarkan Rukun Iman dan Rukun Islam

Dengan memahami enam rukun iman dan lima rukun Islam, anak akan memiliki dasar keislaman yang kuat, sehingga mampu mengamalkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.

3. Menjadikan Al-Qur’an sebagai Pedoman

Biasakan anak membaca, mendengar, dan memahami isi Al-Qur’an. Tanamkan pemahaman bahwa Al-Qur’an adalah petunjuk hidup yang diturunkan oleh Allah SWT untuk dijadikan pedoman dalam setiap aspek kehidupan.

4. Memberikan Teladan dalam Ibadah

Anak meniru dari apa yang dilihat. Oleh karena itu, orang tua harus konsisten menjalankan ibadah seperti shalat, puasa, dan sedekah agar menjadi panutan bagi anak.


Cara Menanamkan Akhlak Mulia pada Anak

1. Mengajarkan Adab Sehari-hari

Ajarkan anak berbagai adab, seperti mengucapkan salam, meminta maaf, berterima kasih, dan menghormati orang tua serta sesama. Adab yang baik adalah pintu menuju akhlak yang mulia.

2. Menjauhkan Anak dari Lingkungan Negatif

Lingkungan sangat memengaruhi pembentukan karakter. Pastikan anak berada di lingkungan yang mendukung pertumbuhan akhlaknya—baik di rumah, sekolah, maupun pergaulan.

3. Menanamkan Rasa Empati dan Kepedulian

Biasakan anak berbagi, membantu orang lain, dan tidak bersikap egois. Rasulullah SAW bersabda:

“Tidaklah sempurna iman seseorang hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)

4. Menanamkan Nilai Kesabaran dan Kejujuran

Ajarkan anak untuk jujur dalam ucapan dan tindakan. Latih pula untuk bersabar saat menghadapi kesulitan dan tantangan hidup, agar mereka tumbuh menjadi pribadi yang tangguh dan amanah.


Peran Orang Tua dalam Membentuk Akidah dan Akhlak Anak

Peran orang tua sangat besar dalam pembentukan karakter anak. Beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain:

  • Memberikan contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari.

  • Membiasakan anak untuk beribadah dengan rutin dan memahami manfaatnya.

  • Menyampaikan nasihat dengan penuh kasih sayang dan tanpa paksaan.

  • Membacakan kisah Nabi dan para sahabat sebagai teladan akhlak.

  • Menjalin komunikasi yang terbuka agar anak merasa nyaman bertanya dan berdiskusi.

Ibadah Sejak Dini: Membangun Kebiasaan Baik dalam Kehidupan Anak

Ibadah Sejak Dini: Membangun Kebiasaan Baik dalam Kehidupan Anak

Menanamkan kedisiplinan dalam ibadah sejak dini adalah salah satu tanggung jawab utama bagi setiap orang tua Muslim. Pendidikan agama yang dimulai sejak kecil akan membantu anak tumbuh dengan nilai-nilai Islam yang kuat. Dengan membiasakan ibadah sejak usia dini, anak akan lebih mudah menjadikannya sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Karena itu, penting bagi orang tua untuk memahami cara efektif dalam mendidik anak agar mencintai ibadah.

Pentingnya Kedisiplinan dalam Ibadah Sejak Dini

Islam mengajarkan bahwa ibadah bukan hanya ritual, melainkan juga bentuk ketaatan dan kecintaan kepada Allah SWT. Oleh sebab itu, kebiasaan beribadah perlu ditanamkan sejak kecil agar anak tumbuh dengan keyakinan kuat dan akhlak mulia.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

“Dan perintahkanlah kepada keluargamu untuk melaksanakan shalat dan bersabarlah dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.” (QS. Thaha: 132)

Ayat ini menegaskan bahwa orang tua memiliki tanggung jawab membimbing anak-anak mereka dalam beribadah. Anak yang terbiasa beribadah dengan disiplin sejak dini, akan lebih mudah menjalankan ajaran agama secara sadar di masa dewasa.

Cara Menanamkan Kedisiplinan Ibadah Sejak Dini

1. Memberikan Teladan yang Baik

Anak-anak adalah peniru ulung. Mereka akan meniru perilaku orang tua dan lingkungan sekitarnya. Maka, cara paling efektif untuk menanamkan ibadah adalah dengan memberikan contoh nyata. Ketika anak melihat orang tuanya shalat tepat waktu, membaca Al-Qur’an, dan berdzikir, mereka cenderung mengikuti kebiasaan tersebut.

2. Mengajarkan Shalat dengan Kasih Sayang

Rasulullah SAW bersabda:

“Perintahkanlah anak-anak kalian untuk shalat ketika mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka jika tidak melaksanakannya ketika berusia sepuluh tahun…” (HR. Abu Dawud)

Hadis ini mengisyaratkan bahwa anak perlu mulai dikenalkan shalat sejak usia tujuh tahun. Namun pendekatannya harus penuh kasih sayang, bukan paksaan. Ajak anak shalat bersama, beri pujian atas usahanya, dan ciptakan suasana ibadah yang menyenangkan.

3. Membiasakan Membaca Al-Qur’an

Selain shalat, membaca Al-Qur’an juga perlu dibiasakan sejak dini. Anak dapat belajar mengenal huruf hijaiyah, membaca Iqra’, hingga mahir membaca Al-Qur’an. Agar menarik, bacakan kisah-kisah dalam Al-Qur’an dan sampaikan maknanya dengan bahasa sederhana.

4. Mengajarkan Doa Harian dan Dzikir

Doa-doa harian seperti sebelum makan, tidur, atau masuk kamar mandi dapat diajarkan secara bertahap. Dengan membiasakan doa, anak akan menyadari bahwa setiap aktivitas dalam hidup melibatkan Allah SWT.

5. Membuat Ibadah Menjadi Aktivitas Menyenangkan

Anak-anak lebih tertarik pada hal yang menyenangkan. Maka, buatlah ibadah menjadi sesuatu yang menggembirakan. Misalnya, berikan reward kecil saat anak berhasil shalat lima waktu selama seminggu, atau buat tantangan membaca Al-Qur’an bersama.

6. Membangun Rutinitas Ibadah Keluarga

Disiplin dalam ibadah akan lebih mudah terbentuk bila dilakukan bersama keluarga. Jadwalkan shalat berjamaah, membaca Al-Qur’an setelah Maghrib, atau dzikir pagi dan petang bersama. Kebersamaan ini membuat anak merasa nyaman dan termotivasi dalam beribadah.

7. Menanamkan Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya

Anak perlu memahami bahwa ibadah adalah wujud cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Ceritakan kisah-kisah Nabi dan sahabat yang menjalankan ibadah dengan penuh keikhlasan. Dengan cara ini, anak tidak merasa ibadah sebagai beban, melainkan kebutuhan hati.

8. Mengenalkan Puasa Sejak Dini

Selain shalat, puasa juga dapat dikenalkan sejak dini. Mulailah dengan puasa setengah hari, lalu tingkatkan perlahan sesuai usia anak. Dengan pendekatan yang bijak dan penuh kasih, anak akan memahami nilai ibadah puasa.

Tantangan dalam Menanamkan Ibadah kepada Anak

Meski penting, menanamkan kebiasaan ibadah tidak selalu mudah. Beberapa tantangan yang sering muncul antara lain:

  1. Anak cepat bosan
     Solusi: Buat ibadah menjadi kegiatan yang menarik dan bervariasi.

  2. Lingkungan kurang mendukung
    Solusi: Pilih lingkungan yang positif dan religius untuk tumbuh kembang anak.

  3. Orang tua tidak konsisten
     Solusi: Orang tua harus menjadi teladan dan menjaga konsistensi dalam ibadah.

  4. Pengaruh gadget dan media sosial
     Solusi: Batasi penggunaan gadget dan arahkan pada konten Islami yang edukatif.

Percaya Diri dan Tanggung Jawab Anak

Percaya Diri dan Tanggung Jawab Anak

Menanamkan Nilai Sejak Dini

Menanamkan rasa percaya diri dan tanggung jawab pada anak merupakan bagian penting dari pendidikan dalam Islam. Anak yang memiliki rasa percaya diri akan lebih mudah menghadapi tantangan hidup, sementara tanggung jawab akan membantu mereka tumbuh menjadi pribadi yang disiplin dan dapat diandalkan.

Karena itu, orang tua memiliki peran besar dalam membangun rasa percaya diri dan tanggung jawab anak sejak dini agar mereka tumbuh menjadi sosok yang kuat, mandiri, dan berakhlak mulia.


Mengapa Percaya Diri dan Tanggung Jawab Itu Penting?

Rasa percaya diri membantu anak berpikir positif tentang dirinya sendiri dan berani mencoba hal-hal baru tanpa takut gagal. Sementara itu, tanggung jawab mengajarkan anak untuk memahami konsekuensi dari setiap tindakan dan menyelesaikan tugas-tugas dengan kesadaran.

Dalam Islam, Rasulullah SAW telah memberikan banyak teladan dalam hal kepercayaan diri dan tanggung jawab. Salah satu hadits beliau menyebutkan:

“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Menanamkan dua nilai ini sejak dini akan membantu anak tumbuh menjadi pribadi yang siap menghadapi kehidupan dengan penuh keyakinan dan tanggung jawab.


Cara Membangun Rasa Percaya Diri dan Tanggung Jawab Anak

1. Menjadi Teladan yang Baik

Anak-anak belajar dari meniru perilaku orang tuanya. Jika orang tua menunjukkan sikap percaya diri dan bertanggung jawab dalam keseharian, anak akan mengikuti jejak tersebut.

  • Ambil keputusan dengan yakin dan tenang

  • Tunjukkan tanggung jawab dalam pekerjaan rumah dan hubungan sosial

  • Hadapi kesalahan dengan jujur dan perbaiki secara bijak

2. Memberikan Pujian dan Dukungan yang Seimbang

Pujian yang tulus bisa meningkatkan rasa percaya diri anak, tapi harus diberikan dengan bijak agar tidak memunculkan sikap sombong atau ketergantungan pada validasi orang lain.

  • Puji anak atas usaha dan keberhasilan mereka

  • Dukung mereka saat gagal, dan ajak untuk mencoba kembali

  • Hindari kritik yang menjatuhkan; berikan masukan yang membangun

3. Memberikan Kesempatan untuk Mengambil Keputusan

Melatih anak untuk mengambil keputusan sendiri akan memperkuat kepercayaan dirinya.

  • Biarkan mereka memilih pakaian atau aktivitas sendiri

  • Libatkan mereka dalam keputusan sederhana di rumah

  • Dengarkan pendapat mereka dan beri ruang untuk berdiskusi

4. Memberikan Tanggung Jawab Sejak Dini

Latih anak untuk bertanggung jawab melalui tugas-tugas kecil yang sesuai usia.

  • Ajak anak merapikan tempat tidurnya

  • Libatkan mereka dalam pekerjaan rumah tangga

  • Tumbuhkan kebiasaan menjaga barang-barang pribadinya

5. Mengajarkan Keberanian Menghadapi Kegagalan

Kegagalan adalah bagian dari proses belajar. Anak harus memahami bahwa gagal bukanlah akhir dari segalanya.

  • Ceritakan kisah tokoh Islam yang bangkit dari kegagalan

  • Beri semangat untuk mencoba kembali

  • Dukung secara emosional agar mereka tidak mudah putus asa

6. Mendorong Anak untuk Berani Berpendapat

Komunikasi efektif dapat memperkuat rasa percaya diri anak.

  • Ajak anak berdiskusi dan dengarkan pendapatnya

  • Latih anak berbicara di depan keluarga atau dalam forum kecil

  • Ajarkan mereka menyampaikan pendapat dengan sopan dan yakin

7. Menanamkan Nilai-Nilai Islam dalam Kehidupan Sehari-hari

Islam mengajarkan bahwa setiap individu bertanggung jawab atas dirinya dan orang lain.

  • Ajarkan anak melaksanakan ibadah dengan disiplin

  • Biasakan berkata jujur dan menepati janji

  • Tanamkan kepedulian dengan mengajak anak membantu sesama

8. Gunakan Metode Bermain

Bermain adalah cara alami anak belajar. Gunakan metode ini untuk menumbuhkan rasa percaya diri.

  • Gunakan permainan peran yang menekankan tanggung jawab

  • Ajak bermain game yang mengasah kemampuan memecahkan masalah

  • Berikan tantangan kecil untuk melatih keberanian dan keterampilan sosial

Momen Terbaik Mendidik Anak di Bulan Ramadhan

Momen Terbaik Mendidik Anak di Bulan Ramadhan

Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah, di mana setiap umat Islam berlomba-lomba dalam kebaikan. Selain menjadi waktu untuk meningkatkan ibadah, bulan suci ini juga merupakan momen yang tepat bagi orang tua untuk menanamkan nilai-nilai keislaman dalam mendidik anak. Parenting Islami di bulan Ramadhan memiliki peran besar dalam membentuk karakter anak agar tumbuh menjadi pribadi yang bertakwa dan berakhlak mulia.

Keutamaan Bulan Ramadhan dalam Mendidik Anak

Sebagai bulan yang istimewa, Ramadhan menawarkan banyak keutamaan bagi umat Islam, termasuk dalam pendidikan anak. Beberapa keutamaan bulan Ramadhan yang bisa dimanfaatkan dalam parenting Islami antara lain:

1. Menanamkan Rasa Syukur dan Kesabaran

Puasa mengajarkan anak untuk menahan diri dari lapar dan dahaga serta berbagai godaan lainnya. Dengan demikian, anak dapat belajar arti kesabaran dan syukur atas nikmat yang Allah berikan. Sebagai orang tua, kita bisa memberi contoh dengan menunjukkan sikap syukur dalam kehidupan sehari-hari.

2. Mengajarkan Kedisiplinan dan Tanggung Jawab

Selama bulan Ramadhan, anak-anak belajar untuk menjalankan ibadah puasa sesuai dengan ketentuan Islam. Mereka diajarkan untuk bangun sahur, menahan diri dari makan dan minum hingga waktu berbuka, serta melaksanakan shalat tarawih. Hal ini melatih kedisiplinan dan tanggung jawab sejak usia dini.

3. Mengenalkan Nilai Kebaikan dan Kepedulian

Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan aktivitas berbagi, seperti bersedekah dan membantu sesama. Ini adalah kesempatan emas untuk mengajarkan anak-anak tentang pentingnya berbagi dengan orang yang kurang mampu. Dengan melibatkan mereka dalam kegiatan sosial, seperti memberikan makanan kepada tetangga atau berbagi takjil, anak-anak akan belajar untuk lebih peduli terhadap sesama.

4. Meningkatkan Kebersamaan dalam Keluarga

Momen sahur dan berbuka menjadi waktu yang tepat untuk mempererat hubungan keluarga. Orang tua dapat memanfaatkan waktu ini untuk berbincang dan berdiskusi dengan anak-anak mengenai berbagai hal, termasuk nilai-nilai Islam. Selain itu, mengajak anak-anak untuk ikut serta dalam persiapan berbuka juga bisa menjadi cara yang menyenangkan untuk memperkuat ikatan keluarga.

Tips Parenting Islami di Bulan Ramadhan

Agar pendidikan anak selama bulan Ramadhan lebih efektif, berikut beberapa tips yang bisa diterapkan oleh orang tua:

1. Memberikan Contoh yang Baik

Anak-anak belajar dengan meniru orang tua mereka. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memberikan teladan dalam menjalankan ibadah Ramadhan dengan penuh keikhlasan dan semangat.

2. Menjelaskan Makna Puasa Secara Sederhana

Bagi anak-anak yang masih kecil, puasa mungkin terasa berat. Oleh karena itu, orang tua bisa menjelaskan makna puasa dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti. Misalnya, dengan mengajarkan bahwa puasa adalah bentuk ketaatan kepada Allah dan cara untuk merasakan bagaimana rasanya menjadi orang yang kurang mampu.

3. Memberikan Reward untuk Motivasi

Memberikan apresiasi kepada anak atas usaha mereka dalam menjalankan puasa bisa menjadi motivasi yang baik. Reward tidak harus berupa materi, tetapi bisa dalam bentuk pujian, doa, atau aktivitas yang menyenangkan bersama keluarga.

4. Mengajak Anak Beribadah dengan Cara yang Menyenangkan

Selain puasa, Ramadhan juga identik dengan shalat tarawih dan membaca Al-Qur’an. Agar anak lebih semangat dalam beribadah, orang tua bisa menciptakan suasana yang menyenangkan, seperti dengan membaca Al-Qur’an bersama, mendengarkan kisah-kisah Islami, atau mengikuti kegiatan keagamaan di masjid.

5. Menanamkan Kebiasaan Berbagi Sejak Dini

Melatih anak untuk bersedekah sejak dini adalah langkah yang baik dalam mendidik mereka menjadi pribadi yang dermawan. Ajak mereka untuk menyisihkan sebagian uang saku atau membantu orang tua dalam menyiapkan takjil untuk dibagikan kepada tetangga dan fakir miskin.

Kesimpulan

Bulan Ramadhan adalah waktu yang sangat berharga untuk menanamkan nilai-nilai Islam kepada anak. Dengan keutamaan bulan Ramadhan yang begitu besar, orang tua memiliki kesempatan emas untuk membimbing anak-anak mereka dalam menjalankan ibadah, menanamkan rasa syukur, disiplin, kepedulian, serta mempererat kebersamaan dalam keluarga. Dengan menerapkan parenting Islami secara efektif, diharapkan anak-anak tumbuh menjadi generasi yang berakhlak mulia dan bertakwa kepada Allah SWT.

Sebagai orang tua, marilah kita menjadikan bulan Ramadhan ini sebagai momen terbaik untuk mendidik dan membentuk karakter anak agar menjadi pribadi yang lebih baik, tidak hanya untuk dunia, tetapi juga untuk akhirat.

 

 

Jangan Biarkan Anak Dikuasai Gadget

Jangan Biarkan Anak Dikuasai Gadget

Di era digital ini, gadget seperti smartphone, tablet, dan laptop sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Tidak hanya orang dewasa, anak-anak pun akrab dengan teknologi sejak usia dini. Mungkin Ayah dan Bunda sering melihat si kecil asyik menonton YouTube, bermain game, atau scrolling media sosial. Awalnya, terlihat menyenangkan dan bisa membuat anak anteng. Namun, tahukah Ayah dan Bunda bahwa penggunaan gadget yang berlebihan bisa berdampak buruk pada tumbuh kembang anak?

Dampak Negatif Gadget pada Anak

  1. Menurunkan Interaksi Sosial
    Anak yang terlalu sering bermain gadget cenderung kurang bersosialisasi dengan orang-orang di sekitarnya. Mereka bisa lebih nyaman berkomunikasi melalui layar daripada berbicara langsung dengan teman sebaya atau anggota keluarga.
  2. Mengganggu Perkembangan Kognitif
    Terlalu banyak waktu di depan layar dapat menghambat perkembangan otak anak, terutama dalam hal berpikir kritis, kreativitas, dan kemampuan memecahkan masalah.
  3. Mengganggu Kesehatan Fisik
    Sering bermain gadget dalam waktu lama bisa membuat anak kurang bergerak, sehingga berisiko mengalami obesitas, gangguan mata, dan masalah postur tubuh.
  4. Menurunkan Konsentrasi dan Prestasi Akademik
    Anak yang kecanduan gadget cenderung sulit fokus saat belajar. Mereka lebih tertarik dengan dunia digital dibandingkan dengan tugas sekolah atau aktivitas lainnya.
  5. Memicu Perilaku Agresif dan Ketergantungan
    Beberapa konten di internet, terutama game, bisa memicu anak menjadi lebih agresif. Selain itu, penggunaan gadget yang tidak terkontrol dapat membuat anak kecanduan dan sulit melepaskannya.

Bagaimana Cara Mengatasi Ketergantungan Gadget?

Sebagai orang tua, tentu kita tidak bisa serta-merta melarang anak menggunakan gadget. Namun, kita bisa membatasi penggunaannya dan mengajarkan cara bijak dalam berteknologi. Berikut beberapa tips yang bisa diterapkan:

1. Tetapkan Batasan Waktu

Jangan biarkan anak bermain gadget seharian penuh. Buat aturan jelas, misalnya hanya boleh menggunakan gadget selama 1-2 jam sehari. Pastikan anak memahami alasan di balik aturan ini, agar mereka tidak merasa dipaksa.

2. Berikan Alternatif Aktivitas yang Menarik

Daripada membiarkan anak bermain gadget terus-menerus, ajak mereka melakukan aktivitas lain yang lebih bermanfaat, seperti bermain di luar rumah, membaca buku, menggambar, atau mengikuti kegiatan olahraga.

3. Jadilah Contoh yang Baik

Anak-anak cenderung meniru kebiasaan orang tua. Jika Ayah dan Bunda sendiri sering bermain gadget di depan anak, mereka akan merasa bahwa itu adalah hal yang wajar. Cobalah untuk mengurangi penggunaan gadget saat bersama keluarga dan tunjukkan bahwa ada banyak cara lain untuk bersenang-senang.

4. Gunakan Fitur Parental Control

Banyak aplikasi dan perangkat yang memiliki fitur kontrol orang tua untuk membatasi akses anak ke konten yang tidak sesuai. Ayah dan Bunda bisa memanfaatkan fitur ini agar anak hanya mengakses konten yang aman dan edukatif.

5. Terapkan Zona Bebas Gadget

Buat aturan di mana ada area atau waktu tertentu yang bebas dari gadget, misalnya saat makan bersama, sebelum tidur, atau ketika berkumpul dengan keluarga. Ini membantu anak untuk lebih terhubung dengan dunia nyata.

6. Berkomunikasi dengan Anak

Alih-alih langsung melarang, cobalah untuk berdiskusi dengan anak tentang dampak penggunaan gadget. Jelaskan dengan cara yang mudah dipahami bahwa terlalu banyak bermain gadget bisa berdampak buruk bagi kesehatan dan kehidupan sosial mereka.

7. Libatkan Anak dalam Kegiatan Keluarga

Ajak anak untuk ikut serta dalam kegiatan keluarga, seperti memasak bersama, berkebun, atau bermain permainan tradisional. Semakin banyak waktu berkualitas yang mereka habiskan bersama keluarga, semakin kecil ketergantungan mereka terhadap gadget.

Kesimpulan

Gadget memang memiliki manfaat jika digunakan dengan bijak, tetapi jika dibiarkan tanpa batasan, anak bisa menjadi kecanduan dan mengalami berbagai dampak negatif. Sebagai orang tua, tugas kita adalah mengarahkan anak agar bisa memanfaatkan teknologi dengan cara yang sehat dan seimbang. Dengan membatasi waktu penggunaan gadget, memberikan alternatif aktivitas yang menarik, serta membangun komunikasi yang baik, Ayah dan Bunda bisa membantu anak tumbuh menjadi pribadi yang lebih aktif, kreatif, dan sehat.

Jadi, yuk mulai bijak dalam menggunakan gadget, baik untuk anak maupun untuk diri kita sendiri! Semangat, Ayah dan Bunda!

Jasa aqiqah No #1 Terbesar di Indonesia yang memiliki 52 Cabang tersebar di pelosok Nusantara. Sudah menjadi Langganan Para Artis.

KANTOR PUSAT

FOLLOW US

Follow dan subscribe akun sosial media kami, dan dapatkan Give Away setiap minggunya

Copyright © 2024 Aqiqah Nurul Hayat