ORANG TUA SEBAGAI SUMBER KEBAHAGIAAN ANAK

ORANG TUA SEBAGAI SUMBER KEBAHAGIAAN ANAK

Setiap anak terlahir dengan hati yang polos dan kebutuhan dasar untuk dicintai. Dalam dunia psikologi anak, salah satu faktor terpenting yang menentukan kebahagiaan anak bukanlah mainan mahal atau liburan mewah, melainkan kehadiran dan kasih sayang orang tua. Orang tua merupakan sumber kebahagiaan anak yang paling autentik. Dari mereka, anak belajar mengenal cinta, rasa aman, dan makna hidup.

1. Kebahagiaan Anak Dimulai dari Ketenangan Hati Orang Tua

Anak-anak adalah cermin dari suasana hati orang tuanya. Ketika orang tua bahagia dan tenang, emosi positif itu menular kepada anak. Sebaliknya, jika orang tua sering menunjukkan stres, marah, atau sedih, anak dapat ikut merasa tidak aman.

Menurut teori emotional contagion dalam psikologi, emosi orang dewasa mudah diserap oleh anak-anak melalui ekspresi wajah, intonasi suara, dan bahasa tubuh. Maka, salah satu langkah pertama menjadi sumber kebahagiaan anak adalah menjaga kebahagiaan diri sendiri sebagai orang tua.

Cobalah untuk beristirahat cukup, berbicara positif di rumah, dan saling menghargai antar pasangan. Anak yang tumbuh di lingkungan tenang akan lebih mudah merasa dicintai dan berharga.

2. Kasih Sayang Tanpa Syarat, Pondasi Utama Kebahagiaan Anak

Anak tidak menilai cinta dari seberapa banyak hadiah yang ia dapatkan, melainkan dari seberapa tulus perhatian dan penerimaan yang ia rasakan setiap hari. Ketika anak melakukan kesalahan, sikap lembut dan pengertian dari orang tua jauh lebih bermakna dibanding hukuman keras.

Ungkapan sederhana seperti “Ayah dan Ibu tetap sayang kamu, meskipun kamu salah” memberi pesan kuat pada anak bahwa cintanya tidak tergantung pada pencapaian. Hal ini membantu anak tumbuh percaya diri dan merasa aman dalam mengekspresikan diri.

3. Kehadiran Emosional Lebih Penting dari Sekadar Fisik

Banyak orang tua yang hadir secara fisik, tetapi tidak secara emosional. Misalnya, berada di rumah namun sibuk dengan ponsel atau pekerjaan. Anak yang sering diabaikan secara emosional bisa merasa kesepian, meski tinggal di rumah yang ramai.

Kehadiran emosional berarti mendengarkan dengan perhatian penuh, menatap mata anak ketika berbicara, dan memberikan respon yang empatik. Dengan begitu, anak akan merasa dipahami dan dihargai.

Psikolog anak sepakat bahwa momen kecil seperti menemani anak bercerita sebelum tidur atau mendengarkan curhatnya setelah sekolah bisa menjadi momen besar dalam membangun kebahagiaan anak.

4. Komunikasi Positif: Bahasa Cinta yang Menguatkan Jiwa Anak

Kata-kata orang tua memiliki kekuatan luar biasa. Kalimat yang lembut bisa menumbuhkan rasa percaya diri anak, sementara ucapan kasar bisa meninggalkan luka batin yang lama sembuhnya. Maka sebagai sumber kebahagiaan anak, orang tua dapat menggunakan kalimat afirmatif seperti agar anak dapat lebih mendapatkan kedekatan emosional dengan orang tua:

  • “Kamu anak yang hebat karena mau mencoba.”

  • “Ayah bangga kamu berani jujur.”

  • “Terima kasih sudah membantu, itu sangat berarti.”

Komunikasi positif tidak hanya membuat anak bahagia, tetapi juga membangun pola pikir positif dan stabilitas emosi yang bertahan hingga dewasa.

5. Kedisiplinan dengan Cinta, Bukan dengan Takut

Batasan dan aturan tetap diperlukan agar anak tumbuh dengan karakter yang kuat. Namun, cara menerapkannya harus didasari cinta, bukan ketakutan.

Disiplin dengan cinta berarti memberikan konsekuensi logis, bukan hukuman yang menyakitkan. Misalnya:

“Kamu belum membereskan mainan, jadi waktunya bermain dikurangi besok.”

Pendekatan seperti ini mengajarkan tanggung jawab tanpa membuat anak kehilangan rasa aman terhadap orang tuanya. Anak tetap merasa bahwa orang tua adalah sumber kebahagiaan, bukan sumber ketakutan.

6. Waktu Berkualitas: Hadiah Terindah dari Orang Tua

Di era yang serba cepat ini, anak-anak sering kehilangan waktu berkualitas bersama orang tuanya. Padahal, kebersamaan sederhana seperti makan malam bersama, jalan pagi, atau membaca buku bersama mampu menumbuhkan kelekatan emosional yang kuat sehingga menjadi sumber kebahagiaan anak.

Waktu berkualitas tidak diukur dari lamanya, tapi dari kualitas interaksi. Letakkan gawai sejenak, tatap wajah anak, dengarkan ceritanya, dan tertawalah bersama. Dari situ anak belajar arti kebahagiaan sejati: diterima dan dicintai apa adanya.

7. Doa dan Teladan: Dua Hal yang Tak Tergantikan

Anak belajar lebih banyak dari apa yang ia lihat dibanding dari apa yang ia dengar. Maka, jadilah contoh dalam bersyukur, bersabar, dan berbuat baik. Saat anak melihat orang tuanya beribadah dengan tulus, berkata lembut, dan memperlakukan orang lain dengan hormat, nilai-nilai itu akan tertanam dalam dirinya.

Selain itu, doa orang tua adalah bentuk kasih sayang yang paling tulus dan abadi. Dalam pandangan spiritual dan psikologis, doa yang penuh cinta menumbuhkan energi positif yang memperkuat hubungan batin antara orang tua dan anak.

Baca artikel seputar parenting https://aqiqahnurulhayat.id/artikel/

Kebahagiaan anak tidak datang dari dunia luar, melainkan tumbuh dari rumah yang penuh cinta. Orang tua merupakan sumber kebahagiaan anak — dari sentuhan lembut, kata-kata yang menenangkan, hingga kehadiran yang tulus setiap hari.

Dengan menjadi sosok yang hadir secara utuh — fisik, emosional, dan spiritual — orang tua bukan hanya membesarkan anak, tetapi juga membesarkan jiwa yang bahagia dan percaya diri. Itulah warisan terbaik yang bisa diberikan kepada anak-anak: kebahagiaan yang berakar dari cinta sejati orang tua.

Dapatkan informasi lainnya di https://www.instagram.com/aqiqahnurulhayat/

Keluarga Sakinah Penuh Cinta dan Berkah

Keluarga Sakinah Penuh Cinta dan Berkah

Keluarga sakinah penuh cinta dan berkah merupakan dambaan setiap kehidupan rumah tangga . Dalam Islam, cita-cita itu disebut keluarga sakinah — yaitu keluarga yang hidup dalam ketenangan (sakinah), kasih sayang (mawaddah), dan kasih sayang berkelanjutan (rahmah).

Namun, mewujudkan keluarga sakinah bukan sekadar soal romantika, melainkan perjalanan spiritual dan emosional yang perlu dibangun bersama. Ada nilai-nilai Islam dan prinsip psikologis yang perlu dijaga agar rumah tangga tetap hangat, tenteram, dan diberkahi. Berikut tujuh kunci penting yang dapat membantu membangun keluarga sakinah penuh cinta dan berkah.

Yukk simak penjelasan berikut untuk mencapai keluarga yang sakinah, penuh cinta, dan tentunya penuh keberkahan👇

1. Awali dengan Niat Ibadah

Rumah tangga yang sakinah dimulai dari niat yang lurus. Pernikahan bukan hanya penyatuan dua hati, tetapi juga bentuk ibadah untuk mencari ridha Allah SWT.

وَمِنْ اٰيٰتِهٖٓ اَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوْٓا اِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَّرَحْمَةًۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ ۝٢١

“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya.” (QS. Ar-Rum: 21)

Jika niatnya benar, maka setiap perbedaan tidak akan menjadi sumber pertengkaran, melainkan ladang pahala. Suami dan istri akan saling menolong dalam kebaikan dan saling menuntun menuju surga.

2. Bangun Komunikasi yang Penuh Kasih

Salah satu ciri utama keluarga sakinah adalah komunikasi yang lembut dan saling menghargai. Rasulullah ﷺ menjadi teladan dalam hal ini — beliau berbicara dengan lembut, mendengarkan dengan empati, dan menegur dengan kasih.

Beberapa langkah praktis untuk memperbaiki komunikasi dalam rumah tangga:

  • Dengarkan pasangan tanpa menyela.

  • Hindari kata-kata yang menyinggung atau menghakimi.

  • Ucapkan terima kasih atas setiap kebaikan kecil.

  • Gunakan kalimat positif yang menenangkan hati.

Dengan komunikasi yang sehat, suasana rumah akan terasa lebih tenang dan penuh cinta.

3. Jadikan Ibadah Sebagai Perekat Keluarga

Ibadah bersama bukan hanya memperkuat iman, tetapi juga mempererat hubungan emosional antaranggota keluarga.

  • Lakukan shalat berjamaah di rumah.

  • Baca Al-Qur’an bersama setelah maghrib.

  • Ajak anak-anak berdoa sebelum tidur dan belajar bersyukur setiap hari.

وَأْمُرْ اَهْلَكَ بِالصَّلٰوةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَاۗ لَا نَسْـَٔلُكَ رِزْقًاۗ نَحْنُ نَرْزُقُكَۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوٰى

“Perintahkan keluargamu untuk shalat dan bersabarlah dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu. Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Kesudahan (yang baik di dunia dan akhirat) adalah bagi orang yang bertakwa” (QS. Thaha: 132)

Ketika rumah dipenuhi lantunan doa dan dzikir, insyaAllah keberkahan akan menyelimuti setiap langkah kehidupan keluarga.

4. Kelola Rezeki dengan Syukur dan Qana‘ah

Keluarga sakinah penuh cinta dan berkah tidak selalu berarti kaya harta, tetapi kaya rasa syukur. Bersyukur atas yang dimiliki akan mendatangkan keberkahan dan menjauhkan dari rasa iri.

Beberapa kebiasaan baik yang bisa diterapkan:

  • Catat pengeluaran dan pemasukan bersama.

  • Hindari gaya hidup berlebihan.

  • Sisihkan sebagian rezeki untuk sedekah keluarga.

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.” (QS. Ibrahim: 7)

Dengan bersyukur, Allah akan menambah nikmat, tidak hanya berupa harta, tetapi juga ketenteraman dalam rumah tangga.

5. Didik Anak dengan Akhlak dan Cinta

Anak bukan sekadar amanah, tetapi juga cermin dari nilai-nilai yang diterapkan orang tuanya. Pendidikan akhlak harus dimulai sejak dini agar mereka tumbuh menjadi pribadi yang beriman dan beradab.

Langkah sederhana dalam mendidik anak:

  • Beri contoh nyata, bukan hanya nasihat.

  • Ajarkan adab dalam berbicara, makan, dan berinteraksi.

  • Dampingi anak belajar dengan penuh kesabaran.

“Tidak ada pemberian orang tua kepada anaknya yang lebih utama daripada pendidikan akhlak yang baik.” (HR. Tirmidzi)

Ketika anak tumbuh dalam cinta dan bimbingan yang benar, rumah pun akan menjadi tempat yang penuh kedamaian.

6. Saling Memaafkan dan Menghindari Amarah

Keluarga sakinah penuh cinta dan berkah tidak luput dari perbedaan pendapat.

Rasulullah ﷺ bersabda: “Orang kuat bukan yang menang dalam gulat, tetapi yang mampu menahan amarahnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Untuk mencapai keluarga sakinah penuh cinta dan berkah, biasakan meminta maaf lebih dulu walau bukan yang bersalah. Jangan biarkan malam berlalu dengan hati yang masih tersakiti. Dengan saling memaafkan, Allah akan menurunkan ketenangan di dalam rumah tangga.

7. Libatkan Allah dalam Setiap Keputusan

Setiap keputusan besar dalam keluarga sebaiknya diawali dengan istikharah dan musyawarah. Keluarga sakinah tidak bergantung pada logika semata, tetapi juga pada petunjuk Ilahi.

  • Diskusikan hal penting dengan kepala dingin.

  • Hargai pendapat pasangan dan anak.

  • Berdoa agar hasilnya membawa keberkahan.

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ ۝١٥٩

“Maka, berkat rahmat Allah engkau (Nabi Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Seandainya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka akan menjauh dari sekitarmu. Oleh karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam segala urusan (penting). Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal.” (QS. Ali Imran: 159)

Keluarga yang melibatkan Allah dalam setiap langkah akan lebih mudah menghadapi ujian hidup dengan tenang dan sabar sehingga dapat mencapai keluarga yang sakinah penuh cinta dan berkah.

Rumah Kecil, Surga yang Dicipta Bersama

Keluarga sakinah penuh cinta dan berkah tidak terbentuk dalam semalam. Ia tumbuh melalui proses — dari belajar memahami, memaafkan, hingga saling menuntun dalam kebaikan.

Rumah yang sederhana pun bisa menjadi surga dunia, jika di dalamnya ada cinta, iman, dan rasa saling menghormati. Mari jadikan rumah tangga kita tempat berlabuh yang menenangkan, tempat tumbuhnya cinta karena Allah, dan tempat melangkah bersama menuju surga-Nya.

Mau pesan aqiqah? Boleh banget kepoin kami di https://aqiqahnurulhayat.id/paket-aqiqah/
Dapatkan info menarik lainnya di https://www.instagram.com/aqiqahnurulhayat/

Larangan Marah dalam Islam

Larangan Marah dalam Islam

Larangan Marah dalam Islam


Marah adalah emosi alami yang dimiliki setiap manusia. Namun, larangan marah dalam Islam, termasuk sifat yang harus dikendalikan karena dapat membawa dampak buruk bagi diri sendiri maupun orang lain. Rasulullah ﷺ sangat menekankan pentingnya menahan amarah. Dalam sebuah hadis riwayat Bukhari, beliau bersabda kepada seseorang yang meminta nasihat: “Jangan marah!” dan beliau mengulanginya beberapa kali. Hal ini menunjukkan bahwa menahan amarah merupakan bagian penting dari akhlak seorang Muslim.

Islam tidak melarang manusia untuk memiliki emosi, tetapi menuntun agar emosi tersebut dikelola dengan bijak. Ketika seseorang marah, ia dianjurkan untuk diam, berwudu, atau mengubah posisi tubuhnya—misalnya, dari berdiri menjadi duduk atau berbaring. Langkah-langkah ini membantu menenangkan diri dan mencegah tindakan yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain.

Al-Qur’an pun menegaskan keutamaan orang yang mampu menahan marah. Dalam Surah Ali Imran ayat 134, Allah SWT berfirman:

ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلْكَٰظِمِينَ ٱلْغَيْظَ وَٱلْعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِ ۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ

 

“(Yaitu) orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”

Ayat ini menunjukkan bahwa mengendalikan amarah bukan hanya bentuk kesabaran, tetapi juga amal kebajikan yang dicintai Allah.

Menahan marah mencerminkan kekuatan sejati seorang mukmin. Nabi Muhammad SAW bersabda :

ليسَ الشَّدِيدُ بالصُّرَعَةِ، إنَّما الشَّدِيدُ الذي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الغَضَبِ

“Orang yang kuat bukan yang jago dalam bergulat, tetapi yang dapat mengendalikan dirinya ketika marah.” (HR Bukhari Muslim)

Dengan demikian, larangan marah dalam Islam bukan berarti menekan perasaan, melainkan mengajarkan cara mengelola emosi dengan sabar dan lapang dada. Seorang Muslim yang mampu menahan marah akan hidup lebih tenang, terhindar dari perselisihan, dan mendapatkan kemuliaan di sisi Allah SWT. Mengendalikan amarah berarti menundukkan hawa nafsu—dan itulah bukti keimanan yang sejati.

👉 Klik untuk menonton di Instagram Reels : https://www.instagram.com/p/DEO8iNeSY4g/?utm_source=ig_web_copy_link&igsh=MzRlODBiNWFlZA==

Kunjungi Situs Kami : https://aqiqahnurulhayat.id/tentang-kami/

Seni Mendidik Dengan Hati

Seni Mendidik Dengan Hati

“Anak tidak hanya butuh didengar, tapi juga dipahami dengan hati.”


Menjadi orang tua adalah perjalanan panjang yang penuh warna. Tidak ada buku panduan yang mampu menjelaskan seluruhnya, karena setiap anak memiliki keunikan dan caranya sendiri untuk tumbuh. Namun, satu hal yang selalu menjadi kunci dalam proses pengasuhan adalah mendidik dengan hati — sebuah seni untuk mencintai, memahami, dan menuntun anak dengan penuh kesabaran.

Mendidik dengan hati berarti berusaha melihat dunia dari sudut pandang anak. Saat ia menangis, marah, atau melakukan kesalahan, orang tua diajak untuk menenangkan, bukan menghakimi. Anak yang merasa dimengerti akan belajar bahwa cinta bukan datang dari kesempurnaan, melainkan dari penerimaan.

Allah SWT berfirman dalam surah Al Isra’ Ayat 24 :

وَاخۡفِضۡ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحۡمَةِ وَقُلْ رَّبِّ ارۡحَمۡهُمَا كَمَا رَبَّيٰنِىۡ صَغِيۡرًا ؕ‏ 

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.”

Ayat ini menunjukkan bahwa kasih sayang adalah inti dari hubungan antara orang tua dan anak. Dalam konteks mendidik, kasih sayang menjadi fondasi agar anak tumbuh dalam lingkungan yang aman dan penuh cinta. Ketika anak berbuat salah, orang tua yang mendidik dengan hati tidak langsung memarahi, tetapi menasihati dengan lembut dan memahami perasaan anak.

Rasulullah SAW juga mencontohkan pola asuh yang penuh kelembutan. Beliau bersabda:

“Barang siapa tidak menyayangi, maka ia tidak akan disayangi.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini mengajarkan bahwa kasih sayang bukan sekadar perasaan, melainkan bentuk pendidikan. Dengan kelembutan, anak belajar mengenal empati, tanggung jawab, dan cinta kepada sesama.

langkah-langkah menerapkan seni mendidik dengan hati :

  1. Niatkan Pengasuhan sebagai Ibadah
  2. Gunakan Bahasa yang Lembut
  3. Dengarkan dengan Empati
  4. Beri Keteladanan, Bukan Sekadar Perintah
  5. Tumbuhkan Cinta, Bukan Takut
  6. Doakan Anak dengan Tulus

Mendidik dengan hati berarti hadir sepenuhnya untuk anak — mendengarkan, memeluk, dan memberi teladan nyata dalam setiap tindakan. Anak tidak hanya membutuhkan aturan, tetapi juga kehangatan yang membuatnya merasa diterima.

Seni mendidik dengan hati bukan tentang menjadi orang tua yang sempurna, tetapi tentang menjadi orang tua yang hadir dengan cinta. Dengan hati yang lembut, insyaAllah kita dapat menumbuhkan generasi yang cerdas, berakhlak mulia, dan penuh kasih sayang.

👉 Klik untuk menonton di Instagram Reels : https://www.instagram.com/reel/DMcqe4fhXbk/?utm_source=ig_web_copy_link&igsh=MzRlODBiNWFlZA==

Informasi menarik lainnya, kunjungi Situs Kami : https://aqiqahnurulhayat.id/tentang-kami/

Merayakan Kehadiran dengan Aqiqah

Merayakan Kehadiran dengan Aqiqah

“Merayakan Kehadiran Dengan Aqiqah”


Bayi dan Ibu

Kelahiran seorang anak adalah momen paling membahagiakan bagi setiap orang tua. Tangisan pertama si kecil menjadi suara yang paling dinantikan, pertanda hadirnya amanah dan anugerah besar dari Allah SWT. Dalam Islam, rasa syukur atas kelahiran ini diwujudkan melalui sebuah ibadah mulia yang disebut aqiqah.

Aqiqah bukan sekadar tradisi turun-temurun, melainkan sunnah Rasulullah ﷺ yang mengandung makna spiritual dan sosial yang dalam. Melalui aqiqah, orang tua menunjukkan rasa terima kasih kepada Allah atas karunia kehidupan baru yang diberikan. Selain itu, aqiqah juga menjadi bentuk pengharapan agar anak tumbuh dalam keberkahan, kebaikan, dan ketakwaan.

Dalam pelaksanaannya, aqiqah dilakukan dengan menyembelih dua ekor kambing untuk anak laki-laki dan satu ekor kambing untuk anak perempuan. Daging hasil sembelihan kemudian diolah menjadi hidangan dan dibagikan kepada keluarga, tetangga, serta mereka yang membutuhkan. Proses ini tidak hanya menumbuhkan rasa syukur, tetapi juga mempererat tali silaturahmi dan menanamkan nilai berbagi sejak dini dalam keluarga.

Berikut adalah dalil tentang di anjurkannya beraqiqah :

Hadis dari Salman bin ‘Amir Ad-Dhabiy

 

عَنْ سَلْمَانَ بْنِ عَامِرٍ الضَّبِيّ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ: مَعَ اْلغُلاَمِ عَقِيْقَةٌ فَاَهْرِيْقُوْا عَنْهُ دَمًا وَ اَمِيْطُوْا عَنْهُ اْلاَذَى

 

“An Salmān bin ‘Āmir ad-Dabbī qāla: Sami‘tu Rasūlallāh yaqūlu: “Ma‘a al-ghulāmi ‘aqīqah, fa-ahrīqū ‘anhu daman wa amīṭū ‘anhu al-adhā.”

Dari Salman bin ‘Amir Ad-Dhabiy, dia berkata : Rasulullah bersabda : “Aqiqah dilaksanakan karena kelahiran bayi, maka sembelihlah hewan dan hilangkanlah semua gangguan darinya.” (H.R. Bukhari)

Kini, seiring perkembangan zaman, pelaksanaan aqiqah menjadi lebih mudah berkat hadirnya layanan profesional  Aqiqah Nurul Hayat. Layanan ini memastikan seluruh proses dilakukan sesuai syariat Islam — mulai dari pemilihan kambing yang sehat dan sesuai kriteria, penyembelihan oleh juru sembelih bersertifikat halal, hingga pengolahan dan pengemasan masakan secara higienis dan siap saji. Dengan begitu, orang tua bisa fokus menikmati momen penuh syukur bersama keluarga tanpa khawatir tentang keabsahan dan kebersihan.

Merayakan kehadiran dengan aqiqah berarti mengawali perjalanan hidup anak dengan ketaatan dan kebaikan. Dengan aqiqah yang sah, berkualitas, dan penuh makna, semoga setiap keluarga diberi ketenangan, setiap anak tumbuh dalam keberkahan, dan setiap langkah kehidupan diawali dengan doa serta rasa syukur yang tulus.

Pilih aqiqah yang pasti sah dan berkualitas bersama https://aqiqahnurulhayat.id/paket-aqiqah/

Informasi Menarik Lainnya, Kunjungi Situs Kami  https://aqiqahnurulhayat.id/tentang-kami/

Islamic Parenting

Islamic Parenting

Membangun Generasi Rabbani dengan Nilai Islam


Di era modern yang penuh tantangan moral dan digital, membesarkan anak bukanlah hal yang mudah. Banyak orang tua muslim mencari pola asuh terbaik yang tidak hanya mencerdaskan anak, tetapi juga menjaga nilai-nilai spiritual dan akhlak mereka. Disinilah pentingnya Islamic Parenting, sebuah pendekatan pengasuhan anak berdasarkan ajaran Al-Quran dan sunnah Nabi Muhammad SAW.

Apa itu Islamic Parenting ?

Islamic Parenting adalah metode pengasuhan anak yang berlandaskan nilai-nilai islam, dengan tujuan membentuk pribadi anak yang beriman, berakhlak mulia, bertanggung jawab, dan bermanfaat bagi umat. Dalam Islam, anak bukan hanya amanah dari Allah, tetapi juga ujian sekaligus ladang pahala bagi orang tuanya.

Surat At-Tahrim Ayat 6 :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ قُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ 

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

 

Prinsip Prinsip Dasar Islamic Parenting :

    1. Tauhid Sebagai Fondasi Utama : Pendidikan tauhid harus menjadi dasar utama sejak dini. Anak perlu dikenalkan siapa Tuhannya, mengapa ia harus beribadah, dan pentingnya bergantung hanya kepada Allah.
    2. Teladan Orang Tua : Anak meniru lebih cepat daripada mendengar nasihat. Oleh karena itu, orang tua harus menjadi contoh dalam akhlak, ibadah, kejujuran, dan kesabaran.
    3. Kasih Sayang dan Kelembutan : Rasulullah SAW sangat penyayang kepada anak-anak. Beliau bersabda:

      “Barang siapa yang tidak menyayangi, maka dia tidak akan disayangi.”
      (HR. Bukhari dan Muslim)

    4. Kedisiplinan dan Tanggung Jawab : Islam mengajarkan disiplin sejak dini, seperti membiasakan sholat di usia 7 tahun. Namun, semua disampaikan dengan cara yang mendidik , bukan dengan kekerasan.
    5. Doa dan Tawakkal : Islamic Parenting tidak hanya fokus pada usaha lahiriah, tetapi juga batiniah. Doakan anak dalam setiap waktu, karena hati anak berada dalam genggaman Allah SWT.

 

Tahapan Pengasuhan Dalam Islam :

    1. Usia 0–7 Tahun: Fase Cinta dan Kasih Sayang

      • Penuhi kebutuhan emosional dan fisik anak

      • Perbanyak pelukan, perhatian, dan pujian

      • Perkenalkan Allah dengan cara lembut dan penuh cinta

    2. Usia 7–14 Tahun: Fase Pengajaran dan Penanaman Nilai

      • Ajarkan adab, salat, Al-Qur’an, dan nilai-nilai Islam

      • Libatkan anak dalam aktivitas ibadah dan tanggung jawab rumah

      • Ajarkan disiplin dengan penuh hikmah

    3. Usia 14–21 Tahun: Fase Konsultatif dan Persahabatan

      • Jadikan anak sebagai sahabat dan ajak berdiskusi

      • Hormati pendapatnya dan bantu ia membentuk jati diri

      • Arahkan tanpa menghakimi

 

Tips Praktis Islamic Parenting Sehari-hari :

    • Bacakan doa bersama anak sebelum tidur dan saat bepergian
    • Libatkan anak dalam aktivitas ibadah: salat berjamaah, sedekah, puasa
    • Ceritakan kisah para nabi dan sahabat sebagai teladan
    • Jadikan rumah sebagai tempat yang nyaman untuk belajar Islam

Islamic parenting bukan hanya tentang mengajarkan Islam, tapi menghidupkan Islam dalam kehidupan keluarga. Ketika anak tumbuh dalam cinta, disiplin, dan nilai-nilai ilahiah, ia akan menjadi cahaya kebaikan di dunia dan investasi abadi di akhirat.

“Didiklah anak-anakmu, karena mereka akan hidup di zaman yang berbeda dengan zamanmu.”
(‘Ali bin Abi Thalib RA)

👉 Klik untuk menonton di Instagram Reels : https://www.instagram.com/p/DID_tKroipz/?utm_source=ig_web_copy_link&igsh=MzRlODBiNWFlZA==

Kunjungi Situs Kami : https://aqiqahnurulhayat.id/tentang-kami/

 

Seputar Aqiqah: Definisi dan Sunnahnya

Seputar Aqiqah: Definisi dan Sunnahnya

Seputar Aqiqah: Definisi, Hukum, Sunnah, dan Ketentuan Hewan yang Sesuai Syariat

Mengapa Setiap Muslim Dianjurkan Beraqiqah?
A. Dalil Disyari’atkannya Aqiqah

كُلُّ غُلاَمٍ رَهِينَةٌ بِعَقِيقَتِهِ تُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ سَابِعِهِ وَيُحْلَقُ وَيُسَمَّيكُلُّ غُلاَمٍ رَهِينَةٌ بِعَقِيقَتِهِ تَذْ بَحُ عَنْهُ يَوْمَ سَابِعِهِ وَيُحْلَقُ وَيُسَمّ

Rasulullah SAW bersabda : “Anak-anak tergadai (tertahan) dengan Aqiqahnya, disembelih hewan untuknya pada hari ketujuh dicukur kepalanya dan diberi nama” (HR. Tirmidzi).

Menurut Imam Ahmad, maksud dari kalimat “Anak-anak itu tergadai dengan Aqiqahnya” dalam hadist diatas adalah bahwa pertumbuhan anak itu, baik badan maupun kecerdasan otaknya, atau pembelaan terhadap orangtuanya pada hari kiamat akan tertahan jika ibu bapaknya tidak melaksanakan Aqiqah baginya. Bahkan Ibnu Qoyyim menegaskan bahwa Aqiqah itu berfungsi untuk melepaskan bayi yang bersangkutan dari godaan setan.

عَنْ يُوْسُفَ بْنِ مَاهَكٍ اَنَّهُمْ دَخَلُوْا عَلَى حَفْصَةَ بِنْتِ عَبْدِ الرَّحْمنِ فَسَأَلُوْهَا عَنِ اْلعَقِيْقَةِ،

فَاَخْبَرَتْهُمْ اَنَّ عَائِشَةَ اَخْبَرَتْهَا اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص اَمَرَهُمْ عَنِ اْلغُلاَمِ شَاتَانِ مُكَافِئَتَانِ وَ عَنِ اْلجَارِيَةِ شَاةٌ. الترمذ

Dalam riwayat dari Aisyah R.A. yang lain juga dinyatakan:
Dari Yusuf bin Mahak bahwasanya orang-orang bertanya kepada Hafshah buntu ‘Abdurrahman, mereka menanyakannya tentang aqiqah. Maka Hafshah memberitahukan kepada mereka bahwasanya Aisyah R.A memberitahu kepadanya bahwa
: “Rasulullah SAW memerintahkan kepada kami supaya menyembelih Aqiqah untuk anak laki-laki dua ekor dan untuk wanita satu ekor.” [HR. Tirmidzi].

B. Hukum Aqiqah dalam Islam

Para ulama sepakat bahwa hukum aqiqah adalah sunnah muakkadah, yaitu sunnah yang sangat dianjurkan bagi umat Islam yang mampu secara finansial. Rasulullah SAW bersabda:

كُلُّ غُلاَمٍ رَهِينَةٌ بِعَقِيقَتِهِ تُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ سَابِعِهِ وَيُحْلَقُ وَيُسَمَّيكُلُّ غُلاَمٍ رَهِينَةٌ بِعَقِيقَتِهِ تَذْ بَحُ عَنْهُ يَوْمَ سَابِعِهِ وَيُحْلَقُ وَيُسَمّ

“Setiap anak tergadai dengan aqiqahnya, yang disembelih untuknya pada hari ketujuh, dicukur rambutnya, dan diberi nama.” (HR. Abu Dawud no. 2838, Tirmidzi no. 1522, Ibnu Majah no. 3165).

Imam Malik, Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad sepakat bahwa aqiqah hukumnya sunnah muakkadah. Sedangkan Imam Abu Hanifah berpendapat hukumnya mubah (boleh).

Jika orang tua tidak mampu melaksanakan aqiqah pada hari ketujuh, maka bisa dilakukan pada hari ke-14, ke-21, atau kapan saja ketika sudah mampu.

Sunnah Aqiqah yang Dianjurkan

Waktu Pelaksanaan

Sunnahnya aqiqah dilakukan pada hari ketujuh kelahiran anak. Jika tidak memungkinkan, bisa dilaksanakan pada hari ke-14, ke-21, atau kapanpun ketika sudah mampu.

Hadis riwayat al-Baihaqi:

كُلُّ غُلاَمٍ رَهِينَةٌ بِعَقِيقَتِهِ تُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ سَابِعِهِ وَيُحْلَقُ وَيُسَمَّيكُلُّ غُلاَمٍ رَهِينَةٌ بِعَقِيقَتِهِ تَذْ بَحُ عَنْهُ يَوْمَ سَابِعِهِ وَيُحْلَقُ وَيُسَمّ

“Jika tidak bisa pada hari ketujuh, maka pada hari ke-14. Jika tidak bisa pada hari ke-14, maka pada hari ke-21.”

Ada riwayat yang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW juga melaksanakan aqiqah untuk dirinya sendiri ketika beliau sudah dewasa. Dalam hadis riwayat Al-Baihaqi dari Anas bin Malik RA disebutkan:

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَقَّ عَنْ نَفْسِهِ بَعْدَ مَا بُعِ

“Sesungguhnya Nabi SAW mengaqiqahi dirinya sendiri setelah beliau diutus menjadi Nabi.” (HR. Al-Baihaqi dalam Sunan al-Kubra no. 19869).

Riwayat ini menguatkan bahwa aqiqah tidak terbatas pada usia bayi. Jika saat kecil belum diaqiqahi karena keterbatasan orang tua, maka tidak ada salahnya melaksanakannya setelah dewasa sebagai bentuk ibadah sunnah dan rasa syukur kepada Allah SWT.

    1. Jumlah Hewan Aqiqah

      • Anak laki-laki: dua ekor kambing atau domba.

      • Anak perempuan: satu ekor kambing atau domba.

      Dari Aisyah RA: “Rasulullah SAW memerintahkan untuk anak laki-laki dua kambing yang sepadan, dan untuk anak perempuan satu kambing.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah).

    2. Pembagian Daging Aqiqah
      Daging aqiqah disunnahkan dimasak terlebih dahulu sebelum dibagikan. Hal ini disebutkan dalam atsar dari Ibnu Sirin dan Imam Malik yang menegaskan bahwa daging aqiqah berbeda dengan kurban.

Penerima Daging Aqiqah

Daging dapat dibagikan kepada keluarga, tetangga, teman, dan fakir miskin.

Ketentuan Hewan Aqiqah


Hewan untuk aqiqah harus memenuhi syarat seperti hewan qurban:

    1. Jenis Hewan
      Hewan yang boleh disembelih untuk aqiqah adalah kambing atau domba.

    2. Usia Hewan

      • Domba: minimal 6 bulan (sudah jadz‘ah).

      • Kambing: minimal 1 tahun (masuk tahun kedua).

      Dalil: “Janganlah kalian menyembelih kecuali musinnah, kecuali jika sulit, maka sembelihlah jadza‘ah dari domba.” (HR. Muslim no. 1963).

    3. Kondisi Fisik
      Hewan harus sehat, tidak cacat, tidak kurus kering, tidak pincang, dan tidak buta.

  1. Kualitas Hewan
    Semakin baik kondisi hewan, semakin besar nilai ibadahnya karena Rasulullah SAW menganjurkan memilih hewan yang baik untuk beribadah kepada Allah

    Dalam mazhab Hanafi, aqiqah disebut juga dengan istilah nasikah (sembelihan). Ketentuan hewan untuk aqiqah pun tidak terlalu diperketat sebagaimana mazhab lain.

    Penjelasan Hanafiyah:

    1. Jenis Hewan

      • Hanafiyah membolehkan selain kambing/domba, misalnya sapi atau unta.

      • Alasannya, aqiqah dianalogikan (qiyas) dengan qurban, karena sama-sama termasuk sembelihan untuk mendekatkan diri kepada Allah (nusuk).

      • Dalam qurban, boleh menyembelih sapi atau unta. Maka, menurut qiyas mereka, aqiqah juga boleh dengan sapi atau unta.

    2. Dasar Pemikiran

      Hadits yang menyebut aqiqah dengan kambing dianggap sebagai contoh (taqyid bi ghālib al-ḥāl), bukan sebagai pembatasan mutlak.
      Artinya, Rasulullah SAW menyebut kambing karena itu yang paling mudah dan umum bagi masyarakat Arab, bukan karena aqiqah harus kambing saja.

    3. Rujukan Kitab Hanafi

      • Dalam Al-Bahr ar-Ra’iq (7/99), Ibn Nujaym al-Hanafi menuliskan:

        وَتُسْتَحَبُّ الْعَقِيقَةُ، وَتُجْزِئُ فِيهَا الْبَهِيمَةُ كَمَا فِي الْأُضْحِيَّةِ

        “Disunnahkan aqiqah, dan boleh (mencukupi) di dalamnya sembelihan berupa bahimah (hewan ternak) sebagaimana dalam qurban.”

      • Dalam Al-Fatawa al-Hindiyyah (5/352) disebutkan:
        العقيقة سنة، ولو ذبح بقرة أو بعيراً أجزأه كما في الأضحية
        “Aqiqah itu sunnah. Jika seseorang menyembelih sapi atau unta, maka itu mencukupi sebagaimana (ketentuan) dalam kurban.”

Manfaat Aqiqah

Selain sebagai wujud syukur, hukum aqiqah juga memberikan hikmah besar dalam mempererat silaturahmi dan meningkatkan kepedulian sosial di tengah masyarakat.

    • Sebagai bentuk syukur kepada Allah SWT.

    • Menjalin silaturahmi dengan keluarga dan tetangga.

    • Menguatkan kepedulian sosial melalui pembagian daging.

    • Menanamkan nilai kebaikan untuk anak sejak lahir.

Kesimpulan

Aqiqah adalah ibadah sunnah muakkadah yang disyariatkan sebagai bentuk syukur atas kelahiran anak. Pelaksanaannya meliputi penyembelihan hewan sesuai syariat, mencukur rambut bayi, memberi nama yang baik, dan membagikan daging dalam keadaan matang. Dengan memahami ketentuan aqiqah, umat Islam dapat melaksanakannya sesuai sunnah Rasulullah SAW, sehingga ibadah lebih berkah dan membawa manfaat bagi banyak orang.

Pilih aqiqah yang pasti sah dan berkualitas bersama https://aqiqahnurulhayat.id/paket-aqiqah/

Informasi menarik lainnya, kunjungi https://www.instagram.com/p/DOvJcntEkDR/?utm_source=ig_web_copy_link&igsh=MzRlODBiNWFlZA==

Yang Harus Orang Tua Pahami Tentang Kesehatan Mental Anak

Banyak orang tua fokus pada tumbuh kembang fisik anak—tinggi badan, berat badan, atau asupan gizinya. Padahal, kesehatan mental anak sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Anak yang sehat secara mental akan lebih mudah belajar, berinteraksi dengan lingkungan, dan tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri.

Kesehatan mental anak bukan hanya soal tidak adanya gangguan psikologis, tapi juga bagaimana anak bisa mengelola emosi, beradaptasi dengan perubahan, serta memiliki rasa aman dan nyaman dalam lingkungannya.


Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Mental Anak

Ada banyak hal yang bisa memengaruhi kondisi mental anak. Berikut beberapa faktor utama:

  1. Lingkungan Keluarga
    Kehangatan, komunikasi yang baik, dan rasa aman dalam keluarga sangat berpengaruh. Anak yang tumbuh di lingkungan penuh kasih sayang biasanya lebih stabil secara emosional.

  2. Sekolah dan Teman Sebaya
    Tekanan di sekolah, bullying, atau kesulitan belajar bisa membuat anak merasa tertekan. Lingkungan pertemanan juga membentuk rasa percaya diri anak.

  3. Kondisi Sosial-Ekonomi
    Anak yang hidup dalam keluarga dengan masalah finansial atau konflik rumah tangga rentan mengalami stres yang berpengaruh pada kesehatan mentalnya.

  4. Media Sosial dan Teknologi
    Di era digital, anak-anak banyak terpapar media sosial. Jika tidak diarahkan, bisa memengaruhi cara mereka melihat diri sendiri maupun orang lain.


Tanda-Tanda Anak Mengalami Masalah Kesehatan Mental

Sebagai orang tua, kita perlu peka terhadap perubahan perilaku anak. Beberapa tanda yang patut diperhatikan antara lain:

  • Anak sering murung, mudah marah, atau kehilangan minat pada hal-hal yang biasanya disukai.

  • Perubahan pola tidur dan makan, misalnya jadi sering begadang atau kehilangan nafsu makan.

  • Kesulitan berkonsentrasi di sekolah atau prestasi akademik menurun drastis.

  • Menarik diri dari teman atau keluarga.

  • Mengungkapkan perasaan tidak berharga atau sering membicarakan hal-hal negatif tentang dirinya.

Jika tanda-tanda ini muncul dalam jangka waktu yang lama, ada baiknya orang tua berkonsultasi dengan psikolog anak untuk mendapatkan bantuan profesional.


Cara Menjaga Kesehatan Mental Anak Sehari-Hari

  1. Bangun Komunikasi Terbuka
    Luangkan waktu setiap hari untuk ngobrol dengan anak. Tanyakan bagaimana perasaannya, bukan hanya soal pelajaran di sekolah.

  2. Berikan Dukungan Emosional
    Anak butuh tahu bahwa orang tua selalu ada untuk mereka, baik saat berhasil maupun gagal. Pelukan, kata-kata positif, dan apresiasi sederhana bisa memberi dampak besar.

  3. Ajarkan Manajemen Emosi
    Bantu anak mengenali emosinya. Misalnya, saat marah, ajarkan cara menenangkan diri dengan bernapas dalam-dalam atau menulis perasaan di kertas.

  4. Ciptakan Lingkungan yang Aman
    Rumah sebaiknya jadi tempat anak merasa nyaman. Hindari pertengkaran di depan anak dan ciptakan suasana yang penuh kasih sayang.

  5. Batasi Penggunaan Gadget
    Atur waktu penggunaan gadget dan dampingi anak saat mengakses internet. Ajarkan juga tentang pentingnya menjaga privasi dan tidak membandingkan diri dengan orang lain di media sosial.

  6. Ajak Aktivitas Fisik dan Kreatif
    Olahraga, bermain musik, menggambar, atau menulis bisa membantu anak menyalurkan emosi dan mengurangi stres.


Peran Orang Tua dalam Membentuk Mental Anak

Orang tua adalah panutan utama. Sikap, ucapan, dan cara menghadapi masalah akan dicontoh anak. Jika orang tua terbiasa menghadapi stres dengan tenang, anak juga akan belajar cara yang sama.

Selain itu, penting bagi orang tua untuk tidak menuntut anak berlebihan. Tekanan akademik yang terlalu besar bisa membuat anak stres. Fokuslah pada proses belajar, bukan hanya hasil akhir.


Kapan Harus Mencari Bantuan Profesional?

Tidak semua masalah bisa diatasi sendiri. Jika anak menunjukkan tanda-tanda gangguan kesehatan mental dalam jangka panjang, seperti kecemasan berlebihan, depresi, atau perubahan perilaku drastis, segera konsultasikan dengan psikolog atau psikiater anak.

Bantuan profesional bukan berarti orang tua gagal mendidik, justru itu langkah bijak untuk memberikan yang terbaik bagi anak.

Hal-hal Penting yang Perlu Orang Tua Tahu Tentang Kesehatan Mental Anak

Kesehatan mental anak sering kali kurang diperhatikan dibandingkan kesehatan fisik. Padahal, kondisi mental yang sehat sama pentingnya dengan tubuh yang sehat. Anak yang punya kesehatan mental baik akan lebih mudah belajar, berinteraksi, dan tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri.

Sayangnya, banyak orang tua yang masih menganggap masalah mental hanya terjadi pada orang dewasa. Padahal, sejak kecil anak juga bisa mengalami stres, kecemasan, hingga perasaan rendah diri. Karena itu, penting banget bagi orang tua untuk memahami apa itu kesehatan mental anak, tanda-tandanya, dan bagaimana cara menjaganya.


Mengapa Kesehatan Mental Anak Itu Penting?

Kesehatan mental anak berhubungan langsung dengan cara mereka berpikir, merasa, dan berperilaku sehari-hari. Anak dengan kondisi mental yang sehat biasanya:

  • Lebih percaya diri untuk mencoba hal baru.

  • Punya kemampuan mengontrol emosi lebih baik.

  • Mudah bersosialisasi dan beradaptasi.

  • Lebih fokus dalam belajar.

Kalau anak mengalami masalah mental yang tidak ditangani, dampaknya bisa terasa sampai dewasa, misalnya sulit menjalin hubungan, gampang cemas, atau bahkan depresi.


Tanda-Tanda Anak Membutuhkan Dukungan Kesehatan Mental

Orang tua perlu peka terhadap perubahan perilaku anak. Beberapa tanda yang bisa menjadi alarm:

  1. Perubahan suasana hati yang ekstrem
    Anak mudah marah, sering menangis, atau terlihat murung tanpa alasan jelas.

  2. Gangguan tidur atau makan
    Tidur jadi tidak teratur, sering mimpi buruk, atau nafsu makan menurun drastis.

  3. Menarik diri dari lingkungan
    Anak jadi malas bermain dengan teman, lebih suka menyendiri, atau menghindari interaksi.

  4. Penurunan prestasi belajar
    Nilai sekolah tiba-tiba menurun, sulit konsentrasi, atau tidak semangat belajar.

  5. Mengungkapkan rasa putus asa
    Walau terdengar sepele, ucapan anak seperti “Aku nggak bisa apa-apa” atau “Aku jelek” bisa jadi sinyal ada masalah pada rasa percaya dirinya.

Kalau tanda-tanda ini muncul terus-menerus, sebaiknya orang tua jangan menyepelekan. Bisa jadi anak sedang butuh bantuan.


Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Mental Anak

Ada beberapa hal yang bisa berpengaruh pada kondisi mental anak, di antaranya:

  • Lingkungan keluarga: Pertengkaran orang tua, kurangnya perhatian, atau pola asuh yang terlalu keras bisa memengaruhi emosi anak.

  • Sekolah: Tekanan belajar, bullying, atau hubungan yang kurang baik dengan teman dan guru bisa jadi sumber stres.

  • Perkembangan diri: Anak yang merasa tidak mampu atau selalu dibandingkan dengan orang lain sering kali kehilangan rasa percaya diri.

  • Pengaruh media: Konten yang tidak sesuai usia atau paparan media sosial bisa memengaruhi cara anak menilai dirinya.


Cara Orang Tua Menjaga Kesehatan Mental Anak

Menjaga kesehatan mental anak bukan berarti harus selalu sempurna sebagai orang tua. Yang terpenting adalah kehadiran, perhatian, dan komunikasi yang baik. Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan:

1. Bangun komunikasi yang terbuka

Biasakan anak untuk bercerita tentang perasaannya. Dengarkan tanpa menghakimi. Dengan begitu, anak akan merasa aman dan nyaman berbagi cerita.

2. Berikan kasih sayang dan perhatian

Hal sederhana seperti memeluk anak, mengucapkan kata-kata positif, atau meluangkan waktu bersama bisa membuat anak merasa dihargai.

3. Ajarkan anak mengelola emosi

Bantu anak mengenali emosinya, misalnya dengan mengatakan: “Kamu lagi marah ya? Tidak apa-apa, semua orang bisa marah. Tapi yuk, kita coba tarik napas dulu.”

4. Hindari membandingkan dengan orang lain

Setiap anak unik. Membandingkan anak dengan teman atau saudaranya hanya akan membuat anak merasa tidak cukup baik.

5. Ciptakan rutinitas sehat

Tidur cukup, makan bergizi, olahraga, dan waktu istirahat yang teratur juga mendukung kesehatan mental anak.

6. Batasi penggunaan gadget

Gunakan gadget sesuai usia dan dampingi anak saat mengakses media. Diskusikan juga tentang konten yang baik dan buruk.

7. Cari bantuan profesional jika diperlukan

Kalau masalah dirasa cukup berat, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog anak. Itu bukan tanda gagal jadi orang tua, justru bentuk tanggung jawab untuk masa depan anak.


Peran Sekolah dalam Mendukung Kesehatan Mental Anak

Selain keluarga, sekolah juga punya peran penting. Guru dan tenaga pendidik bisa membantu dengan cara:

  • Membuat lingkungan belajar yang ramah anak.

  • Mencegah dan menangani bullying dengan tegas.

  • Memberikan ruang bagi anak untuk mengembangkan minat dan bakat.

  • Bekerja sama dengan orang tua jika melihat ada perubahan perilaku.

Dengan kerjasama antara sekolah dan orang tua, anak akan merasa lebih didukung.

Orang Tua Harus Paham Tentang Kesehatan Mental Anak

Banyak orang tua fokus pada kesehatan fisik anak—memberi makanan bergizi, menjaga kebersihan, memastikan anak cukup tidur, dan rajin berolahraga. Tapi ada satu hal yang sering luput dari perhatian: kesehatan mental anak. Padahal, mental yang sehat sangat berpengaruh pada kepercayaan diri, prestasi belajar, hingga cara anak membangun hubungan sosial di masa depan.

Artikel ini akan membahas hal-hal penting yang perlu diperhatikan orang tua terkait kesehatan mental anak, mulai dari tanda-tanda awal gangguan, faktor yang memengaruhi, hingga cara menjaga kesehatan mental anak sejak dini.


Apa Itu Kesehatan Mental Anak?

Kesehatan mental anak bukan sekadar tidak adanya gangguan emosional, tapi juga mencakup kemampuan anak untuk:

  • Mengelola emosi dengan baik.

  • Merasa aman dan dicintai.

  • Bisa berinteraksi dengan lingkungan secara positif.

  • Memiliki rasa percaya diri untuk mencoba hal-hal baru.

Ketika anak merasa tenang, bahagia, dan didukung, mereka akan lebih mudah belajar, bergaul, serta menghadapi tantangan.


Mengapa Kesehatan Mental Anak Itu Penting?

Banyak penelitian menunjukkan bahwa masa kecil adalah fondasi utama pembentukan kepribadian seseorang. Jika sejak dini anak memiliki kesehatan mental yang baik, besar kemungkinan mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang tangguh.

Beberapa alasan mengapa kesehatan mental anak sangat penting:

  1. Mempengaruhi prestasi akademik – anak yang emosinya stabil lebih fokus belajar.

  2. Membentuk keterampilan sosial – anak bisa bergaul dengan lebih percaya diri.

  3. Mengurangi risiko gangguan mental saat dewasa – seperti depresi atau kecemasan berlebihan.

  4. Menjaga hubungan keluarga tetap harmonis – anak yang bahagia biasanya lebih mudah diajak bekerja sama.


Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Mental Anak

Ada banyak faktor yang bisa memengaruhi kondisi mental anak, baik dari dalam maupun luar rumah. Berikut beberapa yang paling umum:

1. Pola Asuh Orang Tua

Cara orang tua berinteraksi dengan anak punya pengaruh besar. Pola asuh yang penuh kasih sayang, disiplin positif, dan komunikasi terbuka akan membantu anak merasa aman. Sebaliknya, pola asuh yang otoriter atau sering mengkritik justru bisa membuat anak merasa tidak cukup baik.

2. Lingkungan Sekitar

Anak yang sering mendapat bullying di sekolah atau lingkungan bermain bisa mengalami penurunan rasa percaya diri. Sebaliknya, lingkungan yang suportif akan menumbuhkan rasa aman dan nyaman.

3. Kondisi Ekonomi

Meskipun bukan satu-satunya faktor, tekanan ekonomi keluarga kadang membuat anak ikut merasakan stres, terutama jika orang tua sering menunjukkan kecemasan di depan mereka.

4. Genetik dan Biologis

Beberapa anak memang punya kerentanan lebih tinggi terhadap gangguan mental karena faktor genetik. Namun, dengan dukungan yang tepat, risiko ini bisa ditekan.


Tanda-Tanda Anak Mengalami Masalah Kesehatan Mental

Orang tua perlu peka terhadap perubahan perilaku anak. Beberapa tanda yang perlu diwaspadai antara lain:

  • Anak sering murung atau menangis tanpa sebab yang jelas.

  • Mudah marah atau tersinggung.

  • Menarik diri dari teman atau keluarga.

  • Sulit tidur atau sering mimpi buruk.

  • Penurunan prestasi sekolah yang tiba-tiba.

  • Hilang minat pada hal-hal yang biasanya disukai.

Jika tanda-tanda ini muncul dalam jangka waktu lama, sebaiknya orang tua segera berkonsultasi dengan ahli, seperti psikolog anak.


Cara Menjaga Kesehatan Mental Anak

Untungnya, ada banyak hal yang bisa dilakukan orang tua untuk menjaga kesehatan mental anak. Berikut beberapa langkah sederhana namun efektif:

1. Bangun Komunikasi yang Hangat

Luangkan waktu setiap hari untuk mendengarkan cerita anak, meskipun hal sepele sekalipun. Tunjukkan bahwa pendapat mereka penting dan didengar.

2. Validasi Emosi Anak

Alih-alih langsung menyuruh anak berhenti menangis atau marah, coba akui dulu perasaan mereka. Misalnya dengan berkata, “Mama tahu kamu kecewa, itu wajar. Ayo kita cari solusinya sama-sama.”

3. Ajarkan Anak Mengelola Stres

Anak juga bisa stres, lho. Ajarkan cara sederhana seperti menarik napas dalam, menggambar, atau bermain musik untuk menyalurkan emosi.

4. Ciptakan Rutinitas Sehat

Tidur cukup, makan bergizi, dan aktivitas fisik rutin berpengaruh besar pada kesehatan mental anak. Tubuh yang sehat membantu pikiran lebih stabil.

5. Batasi Paparan Gadget

Terlalu lama bermain gadget bisa memicu kecemasan dan kesepian. Tetapkan aturan waktu layar yang jelas, lalu ajak anak mengisi waktu dengan kegiatan nyata.

6. Berikan Apresiasi

Pujilah usaha anak, bukan hanya hasilnya. Misalnya, “Kamu sudah berusaha keras belajar, Mama bangga.” Hal ini akan meningkatkan rasa percaya diri mereka.


Peran Sekolah dan Lingkungan Sosial

Kesehatan mental anak bukan hanya tanggung jawab orang tua, tapi juga sekolah dan lingkungan sosial. Guru bisa berperan penting dengan:

  • Menghindari praktik bullying.

  • Memberi dukungan emosional.

  • Membuat suasana belajar yang menyenangkan.

Sementara itu, lingkungan bermain yang positif akan membantu anak belajar keterampilan sosial, seperti berbagi, bekerja sama, dan menyelesaikan konflik.


Kapan Harus Berkonsultasi dengan Ahli?

Tidak semua masalah bisa ditangani orang tua sendiri. Jika anak menunjukkan tanda-tanda gangguan mental dalam waktu lama, jangan ragu mencari bantuan profesional. Psikolog anak dapat membantu menemukan akar masalah dan memberikan strategi pendampingan yang tepat.

Jasa aqiqah No #1 Terbesar di Indonesia yang memiliki 52 Cabang tersebar di pelosok Nusantara. Sudah menjadi Langganan Para Artis.

KANTOR PUSAT

FOLLOW US

Follow dan subscribe akun sosial media kami, dan dapatkan Give Away setiap minggunya

Copyright © 2024 Aqiqah Nurul Hayat