Mendidik Anak Bukan Cuma Tentang “Benar dan Salah”
Pernah merasa bingung harus memberi pujian atau justru menegur anak saat mereka berbuat sesuatu? Banyak orang tua terjebak dalam dilema antara terlalu memanjakan atau terlalu keras mendidik. Padahal, kunci dari pola asuh yang seimbang adalah mampu memberikan apresiasi dan sanksi secara bijak. Keduanya bukan lawan, tapi justru pasangan yang saling melengkapi dalam membentuk karakter anak.
Apresiasi: Lebih dari Sekadar “Good Job!”
Apresiasi adalah cara kita memberi pengakuan pada anak atas usaha, sikap baik, atau pencapaian yang mereka lakukan. Ini bukan soal hadiah mahal atau pujian berlebihan, tapi bentuk perhatian yang membuat anak merasa dihargai.
1. Kenapa Apresiasi Penting?
-
Meningkatkan rasa percaya diri anak
-
Memotivasi anak untuk terus berperilaku baik
-
Menguatkan ikatan emosional antara anak dan orang tua
2. Bentuk Apresiasi yang Efektif
-
Ucapan tulus: “Ayah bangga kamu jujur, walaupun kamu takut.”
-
Sentuhan fisik: pelukan, tepuk tangan, high five
-
Waktu berkualitas: luangkan waktu khusus saat anak melakukan sesuatu yang positif
-
Reward kecil: bukan bentuk suap, tapi pengakuan atas usaha mereka
3. Apresiasi Harus Proporsional
Hindari memuji anak secara berlebihan untuk hal-hal yang sebetulnya biasa. Anak bisa jadi terlalu bergantung pada pujian, dan kehilangan motivasi internal. Puji pada tempatnya, dan tekankan pada proses, bukan hasil semata.
Sanksi: Bukan Hukuman, Tapi Pembelajaran
Seringkali kata sanksi terdengar seperti sesuatu yang menakutkan. Tapi dalam parenting, sanksi bukan berarti menghukum dengan kasar. Sanksi adalah bentuk tanggung jawab yang diajarkan pada anak saat mereka melanggar aturan.
1. Fungsi Sanksi dalam Parenting
-
Mengajarkan konsekuensi dari setiap tindakan
-
Membentuk batasan yang jelas
-
Membantu anak belajar memilih dengan bijak
2. Sanksi yang Mendidik, Bukan Menyakitkan
-
Logical consequences: Anak tidak mengembalikan mainan? Maka mainan disimpan dulu.
-
Time-out: Memberi waktu untuk tenang dan berpikir.
-
Pengurangan hak istimewa: Tidak menyelesaikan PR = tidak boleh bermain game.
-
Diskusi terbuka: Ajak anak bicara, kenapa itu salah dan bagaimana memperbaikinya.
3. Hindari Sanksi yang Merusak
-
Memukul atau membentak: Ini hanya menimbulkan rasa takut, bukan kesadaran.
-
Memalukan anak di depan orang lain
-
Menghukum tanpa penjelasan
Apresiasi dan Sanksi: Dua Sayap dalam Pola Asuh
Bayangkan pola asuh seperti menyeimbangkan dua sayap pesawat. Terlalu banyak apresiasi tanpa sanksi bisa membuat anak manja dan sulit menerima kritik. Sebaliknya, terlalu banyak sanksi tanpa apresiasi membuat anak kehilangan rasa aman dan motivasi.
1. Kapan Menggunakan Apresiasi, Kapan Sanksi?
-
Ketika anak berusaha walau belum sempurna → Apresiasi
-
Ketika anak melanggar aturan yang sudah disepakati → Sanksi yang mendidik
-
Ketika anak mengulangi kesalahan yang sama → Kombinasikan sanksi dan diskusi
2. Gabungan yang Efektif
Contoh kasus:
-
Anak lupa merapikan tempat tidur → Berikan sanksi ringan, misalnya tidak boleh nonton sampai selesai merapikan. Tapi saat anak kemudian melakukannya, beri apresiasi seperti, “Wah, kamu sudah bertanggung jawab ya.”
3. Konsistensi Adalah Kunci
Jangan berubah-ubah. Kalau hari ini lupa PR tidak apa-apa, lalu besok dimarahi, anak akan bingung. Konsistensi membuat anak paham aturan dan merasa aman.
Menyesuaikan dengan Usia Anak
Setiap usia butuh pendekatan berbeda:
-
Balita (1–5 tahun): Apresiasi lebih banyak digunakan untuk membentuk kebiasaan baik. Sanksi dilakukan dengan cara sederhana seperti time-out.
-
Usia Sekolah (6–12 tahun): Anak mulai paham logika. Apresiasi fokus pada usaha, dan sanksi bisa dikaitkan dengan tanggung jawab.
-
Remaja (13 tahun ke atas): Libatkan mereka dalam membuat aturan. Apresiasi berbentuk kepercayaan, sanksi berupa diskusi dan pengurangan hak.
Bukan Tentang Keras atau Lembut, Tapi Bijak
Parenting bukan soal jadi orang tua yang keras atau lembut. Tapi bagaimana kita bisa jadi orang tua yang tegas tapi penuh kasih. Dengan memahami bahwa apresiasi dan sanksi adalah alat bantu, bukan tujuan akhir, kita bisa menciptakan rumah yang nyaman, tapi tetap mendidik.
Anak bukanlah proyek untuk “dibentuk sempurna”, tapi pribadi yang tumbuh bersama kita. Dan dalam pertumbuhan itu, mereka butuh dorongan lewat apresiasi dan batasan lewat sanksi.
Jadilah Kompas, Bukan Komando
Ingat, orang tua adalah kompas, bukan komando. Tugas kita bukan mengatur segala hal, tapi menunjukkan arah. Dengan kombinasi apresiasi dan sanksi yang seimbang, anak akan belajar mengambil keputusan dengan penuh tanggung jawab, dan tumbuh menjadi pribadi yang kuat, mandiri, serta punya empati.