Tips Mengembangkan Kepekaan Anak

Tips Mengembangkan Kepekaan Anak

Tips Mengembangkan Kepekaan Anak. Selain akademik, karakter merupakan faktor penting dalam meraih kesuksesan. Ya, karakter adalah sifat batin yang memengaruhi segala tindak tanduk manusia. Melatih kepekaan anak menjadi salah satu unsur penting dalam pendidikan karakter yang diajarkan oleh orang tua.

Peka adalah kemampuan seseorang dalam menerjemahkan suatu keadaan tanpa perlu diucapkan. Hal ini menjadi masalah penting saat anak mulai belajar bersosialisasi dengan lingkungannya. Tak main-main, pembentukkannya pun membutuhkan waktu yang lama hingga bertahun-tahun agar anak bisa menjadi pribadi yang unggul.

Bila tidak dibentuk sejak usia dini, kemungkinan anak memperlakukan orang lain dengan baik di kemudian hari akan sangat kecil. Sebagai orang tua, tentunya Anda tak ingin hal tersebut terjadi pada si kecil bukan? Nah, cara berikut ini bisa melatih anak agar peka terhadap lingkungan di sekitarnya.

Beri penghargaan dengan pujian

Pujian adalah salah satu bentuk penghargaan yang disenangi oleh anak-anak. Bila mereka menunjukkan kepekaan dan melakukan perbuatan baik, ungkapkan bahwa Anda menyukai perbuatan yang mereka lakukan.

Sebagai contoh, ketika seorang kakak menenangkan adiknya yang sedang menangis, maka sebaiknya tujukkan bahwa Anda senang dengan sikap manis yang dilakukan oleh kakak tersebut. Selain itu, secara tidak langsung Anda juga memberikan contoh perbuatan peka terhadap orang lain.

Ajak anak bersosialisasi dengan lingkungan luar

Luangkan waktu Anda untuk mengajak anak berinteraksi dengan orang-orang di luar rumah. Misalnya, pergi ke panti asuhan untuk berbagi kepada sesama. Sambil berbagi, sesekali coba ajak anak untuk mengamati orang-orang di sekitarnya.

Ajukan pertanyaan yang akan membuat mereka memahami orang lain seperti “Yatim piatu adalah sebutan bagi mereka yang tidak memiliki orang tua. Bagaimana perasaan kamu bila orang yang kita cintai tidak ada di sekitar kita?” “Menurutmu bagaimana perasaan anak yang menerima hadiah ini?”

Nah, pertanyaan-pertanyaan seperti itu bisa memancing anak untuk berpikir tentang  perasaan orang lain sekaligus memupuk kepekaan mereka.

Ungkapkan perasaan Anda dan jelaskan mengapa Anda merasa demikian

Cara lain untuk melatih kepekaan anak adalah dengan mengungkapan perasaan Anda kepada mereka dengan penjelasan mengapa Anda merasa demikian. Sebagai contoh, “Ibu kesal sekali melihat masakan yang selalu terbuang setiap hari,” atau “Ayah senang sekali bila halaman rumah terlihat bersih”. Dengan begitu, Anda bisa melihat bagaimana respons mereka terhadap ungkapan perasaan tersebut.

Menumbuhkan kepekaan anak melalui dongeng

Latih kepekaan anak melalui dongeng. Pilihlah dongeng yang mendidik sehingga mereka bisa mengambil nilai-nilai positif dari cerita tersebut. Stimulasi melalui indra pendengar cenderung lebih berhasil untuk merangsang anak agar memiliki kepekaan terhadap orang lain. Sebab itu, metode yang satu ini sebaiknya dimasukkan sebagai salah satu cara dalam pendidikan karakter yang Anda berikan.

Memberikan penjelasan efek sikap peka

Rasa ingin tahu anak-anak memang tinggi, kondisi tersebut bisa menjadi keuntungan bagi orang tua untuk memberikan pendidikan karakter di dalamnya. Bagi beberapa orang, bentuk perhatian sekecil apapun bisa membawa arti. Ketika anak peka terhadap orang lain, tujukkan bagaimana efeknya terhadap orang tersebut.

Contohnya, ketika anak membatu pekerjaan rumah. Berilah mereka penjelasan bahwa apa yang ia lakukan sangat meringankan pekerjaan Anda.

Pada dasarnya manusia sudah memiliki sifat peka sejak lahir, namun tak ada jaminan bahwa kelak sifat ini bisa berkembang dengan baik. Oleh sebab itu, sifat peka perlu dilatih sejak dini kepada anak.

Salah satu faktor yang menjadi penyebab krisisinya kepekaan anak zaman sekarang ialah orang tua. Sebagai orang tua, ada baiknya Anda terlibat dalam kehidupan dan kondisi emosional anak. Perbanyaklah interaksi terhadap si kecil agar masa-masa pembentukkan sifat peka terhadap mereka bisa berjalan dengan baik. Semoga cara-cara di atas bisa menjadi strategi yang tepat untuk melatih kepekaan anak.

 

Klik di sini untuk pemesanan Aqiqah Nurul Hayat :

 

Source : appletreebsd.com

Agar Tidak Salah Memilih Hewan Qurban

Agar Tidak Salah Memilih Hewan Qurban

Agar Tidak Salah Memilih Hewan Qurban. Jelang Perayaan Idul Adha 1444 H banyak umat Islam mulai mencari hewan kurban. Umumnya jenis hewan kurban yang dipilih kambing, domba, kerbau dan sapi. Bagi umat Islam berencana kurban perlu memilih dan memastikan hewan kurban dalam keadaan sehat dan tidak berpenyakit.

Dokter Hewan, Ahmad Syifa Sidik mengatakan memilih hewan kurban yang sehat dan tidak berpenyakit merupakan sesuatu yang harus untuk menjaga kualitas daging kurban yang akan dibagikan.

Setiap orang yang hendak membeli hewan kurban harus teliti mengenali ciri hewan yang layak. Umumnya bisa dikenali dari berbagai ciri fisik. Berikut ini tips cara memilih hewan ternak yang sehat untuk kurban.

1. Pastikan kondisi tubuh sehat

Ada beberapa ciri hewan sehat yang perlu diperhatikan pembeli sebelum memilih hewan kurban, antara lain: Postur tubuh tegap dan posisi kaki menapak sempurna pada tanah. Kuku mengkilap natural, tidak pecah dan tidak ada pangkal kuku yakni perbatasan antara kulit dan kuku.

Selain itu, rambut hewan bersih dan tampak cerah natural disibakan tidak ada kelainan dikulit. Kemudian mata hewan terlihat cerah dan tidak ada kotoran alias tidak belekan. Cermin hidung basah dan permukaan hidung tidak kering.

“Bagian mulut juga tidak ada keropeng atau luka, lidah tidak menjulur keluar serta tidak ada air liur yang berlebihan sampai keluar mulut,” kata Ahmad Syifa kepada NU Online, Rabu (21/6/2023).

2. Nafsu makan normal

Nafsu makan yang baik adalah tanda kesehatan yang penting pada hewan kurban. Hewan yang sehat biasanya memilih nafsu makan yang normal dan mampu mengonsumsi pakan dengan baik. Perhatikan apakah hewan kurban tertarik pada makanan yang diberikan dan makan dengan lahap.

3. Perhatikan kotoran hewan kurban

Sebelum memutuskan membeli, calon pembeli sebaiknya memperhatikan kotoran hewan kurban yang dijual. Menurut Ahmad Syifa, kotoran dari hewan yang sehat teksturnya tidak lembek atau cair dan tidak kering. Ketika jatuh ke permukaan tanah bentuk dan teksturnya tidak akan berubah.

4. Cek kelengkapan dokumen

Namun yang tak kalah penting, imbuhnya, calon pembeli menanyakan terlebih dahulu dokumen surat keterangan dari dinas terkait hal itu untuk memastikan legalitas para hewan kurban yang diperjualbelikan di lapak. Bila perlu tanyakan surat-surat dan dokumennya.

“Paling utama cek kelengkapan dokumen, terutama surat keterangan sehat yang ditandatangani dan dicap basah oleh dokter hewan berwenang di dinas kabupaten asal hewan tersebut atau dinas setempat,” jelasnya.

 

Klik di sini untuk pemesanan Aiqah Nurul Hayat : 

 

Source : nu.or.id

Melantunkan Adzan dan Iqamah Ketika Lahirnya Seorang Bayi

Melantunkan Adzan dan Iqamah Ketika Lahirnya Seorang Bayi

Melantunkan Adzan dan Iqamah Ketika Lahirnya Seorang Bayi. Anak adalah titipan Ilahi. Anak merupakan amanah yang harus dijaga dengan baik. Dalam upaya itulah seringkali orang tua berusaha sedemikian rupa agar kelak anak-anaknya menjadi orang yang shaleh/sholehah berguna bagi masyarakat dan agama. Dalam hal kesehatan jasmani, semenjak dalam kandungan oang tua telah berusaha menjaga kesehatannya dengan berbagai macam gizi yang dimakan oleh sang ibu. Begitu juga kesehatan mentalnya. Semenjak dalam kandungan orang tua selalu rajin berdoa dan melakukan bentuk ibadah tertentu dengan harapan amal ibadah tersebut mampu menjadi wasilah kesuksesan calon si bayi.

Oleh karena itu ketika dalam keadaan mengandung pasangan orang tua seringkali melakukan riyadhoh untuk sang bayi. Misalkan puasa senin-kamis atau membaca surat-surat tertentu seperti Surat Yusuf, Surat maryam, Waqiah, al-Muluk dan lain sebagainya. Semuanya dilakukan dengan tujuan tabarrukan dan berdoa semoga si bayi menjadi seperti Nabi Yusuf bila lahir lelaki. Atau seperti Siti Maryam bila perempuan dengan rizki yang melimpah dan dihormati orang.

Begitu pula ketika sang bayi telah lahir di dunia, do’a sang Ibu/Bapak tidak pernah reda. Ketika bayi pertama kali terdengar tangisnya, saat itulah sang ayah akan membacakannya kalimat adzan di telinga sebelah kanan, dan kalimat iqamat pada telinga sebelah kiri. Tentunya semua dilakukan dengan tujuan tertentu. Lantas bagaimanakah sebenarnya Islam memandang hal-hal seperti ini? Bagaimanakah hukum mengumandangkan adzan dan iqamah pada telinga bayi yang baru lahir? berdasarkan sebuah hadits dalam sunan Abu Dawud (444) ulama bersepakatn menghukumi hal tersebut dengan sunnah :

عن عبيد الله بن أبى رافع عن أبيه قال رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم أذن فى أذن الحسن بن علي حين ولدته فاطمة بالصلاة (سنن أبي داود رقم 444)

Dari Ubaidillah bin Abi Rafi’ r.a Dari ayahnya, ia berkata: aku melihat Rasulullah saw mengumandangkan adzan di telinga Husain bin Ali ketika Siti Fatimah melahirkannya (yakni) dengan adzan shalat. (Sunan Abu Dawud: 444)

Begitu pula keterangan yang terdapat dalam Majmu’ fatawi wa Rasail halaman 112. Di sana diterangkan bahwa: “yang pertama mengumandangkan adzan di telinga kanan anak yang baru lahir, lalu membacakan iqamah di telinga kiri. Ulama telah menetapkan bahwa perbuatan ini tergolong sunnah. Mereka telah mengamalkan hal tersebut tanpa seorangpun mengingkarinya. Perbiatan ini ada relevansi, untuk mengusir syaithan dari anak yang baru lahir tersebut. Karena syaitan akan lari terbirit-birit ketika mereka mendengar adzan sebagaimana ada keterangan di dalam hadits. (Sumber; Fiqih Galak Gampil 2010)

 

Klik di sini untuk pemesanan Aqiqah Nurul Hayat :

 

Source : nu.or.id

Cara Menyikapi Anak Menangis Saat Sholat

Cara Menyikapi Anak Menangis Saat Sholat

Cara Menyikapi Anak Menangis Saat Sholat. Saat orang tua memiliki anak yang masih bayi, berbagai macam problema seringkali muncul seiring dengan aktivitas bayi yang begitu beraneka ragam. Orang tua dituntut untuk memberi perhatian dan perawatan pada bayi secara intens untuk menunjang kesehatan tubuh dan mental bayinya. Kewajiban orang tua dalam hal merawat bayi ini, tetap tidak bisa menafikan kewajibannya dalam hal beribadah kepada Allah ﷻ.

Seringkali kita temukan, bagaimana saat orang tua sedang melaksanakan ibadah shalat, tiba-tiba bayinya yang masih kecil menangis. Keadaan seperti ini jelas mengganggu kekhusyuan ibadah shalat yang dilakukan oleh orang tua, bolehkah dalam keadaan seperti ini ia membatalkan shalatnya?

Dalam Al-Qur’an dijelaskan :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَلا تُبْطِلُوا أَعْمَالَكُمْ 

“Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul dan janganlah kalian membatalkan amal-amal kalian.” (QS. Muhammad, Ayat 33)

Berdasarkan ayat di atas, membatalkan sebuah ibadah adalah sebuah tindakan yang dilarang secara syariat. Lebih jauh lagi membatalkan ibadah (shalat) fardhu tidak diperbolehkan dalam syariat kecuali adanya tuntutan-tuntutan syara’ yang bersifat darurat seperti menyelamatkan nyawa orang lain, membunuh ular yang ada di dekatnya, dan contoh-contoh lain yang serupa. Seperti penjelasan yang terdapat dalam kitab Mausu’ah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah :

أما قطعها بمسوغ شرعي فمشروع فتقطع الصلاة لقتل حية ونحوها للأمر بقتلها وخوف ضياع مال له قيمة له أو لغيره ولإغاثة ملهوف وتنبيه غافل أو نائم قصدت إليه نحو حية ولا يمكن تنبيهه بتسبيح 

“Memutus ibadah fardhu dengan alasan yang dibenarkan syariat dianjurkan. Sehingga, shalat harus dibatalkan dengan alasan membunuh ular karena adanya perintah (dari syara’) untuk membunuhnya. Dan alasan khawatir sia-sianya harta miliknya atau milik orang lain, menolong orang yang sedang kesusahan, memperingatkan orang yang lupa atau orang tidur yang akan diserang oleh ular, dan tak mampu memperingatkannya dengan tasbih.” (Kementrian Agama Kuwait, Mausu’ah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah, Mesir, Darus Shofwah, juz 34 hal. 51)

Membatalkan shalat hanya karena tangisan bayi, bukan merupakan bagian dari hal yang dianjurkan oleh syara’ sehingga tidak diperbolehkan bagi orang tua untuk meninggalkan shalat yang tengah ia lakukan kecuali tangisan bayi mengindikasikan keadaan yang dikhawatirkan akan keselamatan nyawanya, dan hal ini jarang sekali terjadi.

Solusi dalam menyikapi problem ini adalah orang tua mempercepat shalatnya sekiranya hanya melakukan rukun-rukun shalat saja tanpa melakukan kesunnahan yang ada dalam shalat. Hal ini seperti halnya yang dilakukan oleh Rasulullah ﷺ dalam menyikapi kasus yang sama. Seperti yang terdapat dalam hadits :

إِنِّي لاَقُومُ فِي الصَّلاَةِ أُرِيدُ أَنْ أُطَوِّلَ فِيهَا فَأَسْمَعُ بُكَاءَ الصَّبِيِّ فَأَتَجَوَّزُ فِي صَلاَتِي كَرَاهِيَةَ أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمِّهِ 

“Saat Aku sedang shalat, aku ingin memperlama shalatku, lalu aku mendengar tangisan bayi, aku pun mempercepat shalatku khawatir akan memberatkan (perasaan) ibunya” (HR. Bukhari Muslim)

سَمِعْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ يَقُولُ مَا صَلَّيْتُ وَرَاءَ إِمَامٍ قَطُّ أَخَفَّ صَلاَةً وَلاَ أَتَمَّ مِنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَإِنْ كَانَ لَيَسْمَعُ بُكَاءَ الصَّبِيِّ فيخفف مخافة أن تفتن أمه

“Aku mendengar Sahabat Anas bin Malik berkata “Aku tidak pernah shalat di belakang imam yang lebih cepat dan lebih sempurna shalatnya dari Nabi Muhammad ﷺ. Saat Nabi Muhammad mendengar tangisan bayi, ia mempercepat (shalatnya) khawatir ibunya merasa tertekan” (HR. Bukhari)

Berbeda ketika orang tua sedang melakukan shalat sunnah, seperti shalat qabliyyah, ba’diyyah, dhuha, atau lainnya. Dalam keadaan seperti ini boleh baginya untuk membatalkan shalat yang tengah ia lakukan. Demikian sekilas penjelasan tentang tema ini, secara umum dapat disimpulkan bahwa tidak boleh bagi orang tua yang tengah melakukan shalat untuk membatalkan shalatnya hanya karena khawatir akan tangisan bayi. Wallahu a’lam. 

 

Klik di sini untuk pemesanan Aqiqah Nurul Hayat :

 

Source : nu.or.id

Jasa aqiqah No #1 Terbesar di Indonesia yang memiliki 52 Cabang tersebar di pelosok Nusantara. Sudah menjadi Langganan Para Artis.

KANTOR PUSAT

FOLLOW US

Follow dan subscribe akun sosial media kami, dan dapatkan Give Away setiap minggunya

Copyright © 2024 Aqiqah Nurul Hayat